Readtimes.id– Narasi sejarah dan budaya kerajaan maritim terbesar di Sulawesi, Tallo, dinilai penting untuk kembali dibangun dan diperkenalkan ke publik bila ingin berbenah menjadi Kampung Wisata berbasis sejarah dan budaya.
Hal ini menjadi perbincangan dalam diskusi publik yang menjadi rangkaian terakhir festival “Pertunjukan Muara, Sungai, Laut dan Tallo Bersejarah” pada Senin, 22 Juli 2024.
Ketua Panitia , Ferdhiyadi N menyampaikan bahwa seluruh rangkaian festival sejarah Tallo adalah salah satu langkah mengajak masyarakat mengingat kembali nilai- nilai sejarah budaya mereka.
“Bahwa mengenal Tallo lebih jauh sama artinya kita juga mengenal pula Kota Makassar. Sejarah kota ini tidak bisa dilepaskan dari Tallo, “ ujar Ferdhi saat membuka diskusi “Menemukan Kembali Tallo: Mendorong Kampung Lama Tallo Menjadi Kampung Berbasis Wisata Sejarah dan Budaya” tersebut.
Hadir pada kesempatan tersebut Guru Besar Filologi Unhas, Muhlis Hadrawi yang dalam pemaparannya mengatakan tidak lagi dikenalnya Tallo sebagai bekas kerajaan nusantara yang besar dengan seluruh kekayaan warisan budaya oleh generasi sekarang karena kurangnya narasi. Hal ini yang kemudian menurutnya memang butuh kembali dibangun.
“Dan untuk membangun narasi itu kita perlu perangkat pengetahuan. Generasi Tallo sekarang harus memahami tentang apa itu pengetahuan lokal dan kearifan lokal. Ini yang saya pikir bisa jadi modal awal untuk membangun narasi itu, “ ucapnya.
Selanjutnya tidak kalah penting adalah melibatkan generasi sekarang dalam penyebarluasan informasi terkait sejarah dan budaya Tallo melalui perangkat kekinian, seperti platform media sosial.
“Jadi kalau ada event kebudayaan jangan hanya jadikan mereka penonton tapi juga terlibat di dalam sebagai pelaku. Saya pikir keakraban mereka dengan platform media sosial itu dapat dimanfaatkan untuk pengenalan budaya dan sejarah yang lebih luas, “ tambahnya.
Selanjutnya menurut Muhlis, kehadiran Artificial Intelligence (AI) yang kini hampir menyasar seluruh bidang kehidupan masyarakat juga dapat dimanfaatkan untuk kembali membangun narasi budaya Tallo yang mulai hilang dengan dibantu riset arkeologi.
“Namun satu yang tidak kalah penting dalam pembangunan narasi ini adalah kemanusiaan. Kita harus memahami bahwa membangun Tallo bukan hanya membangun kebudayaan dan sejarahnya saja tapi juga kemanusiaannya, “ tambahnya.
Selanjutnya hadir pula pada kesempatan itu, Sekretaris Dinas Kebudayaan Kota Makassar
Muhammad Fadli Tahar. Ia mengatakan ke depan pemerintah Kota Makassar juga akan lebih terlibat dalam pelestarian sejarah budaya Tallo melalui program-program pelestarian kebudayaan.
“Selama kita sudah terlibat dalam beberapa pelestarian budaya, seperti workshop atau pembuatan film dokumenter dengan universitas di Makassar. Dan Tallo ke depan kami pikir bisa menjadi salah satu yang masuk dalam program ini, “ ucap Fadli.
Hadir pula Sejarawan Universitas Negeri Makassar, Rifal, yang juga menyampaikan bahwa sudah saatnya sejarah dipandang sebagai milik dari setiap individu. Sejarah tidak hanya dipandang sebatas dokumen tetapi juga aksi.
“Festival budaya Tallo Bersejarah yang teman-teman lakukan saya pikir mencoba untuk mengembalikan sejarah ke masyarakat,” tukasnya.
Menurutnya penting menghadirkan kegiatan kebudayaan lagi untuk membangun narasi yang lebih utuh tentang Tallo agar dapat berkembang menjadi kampung wisata sejarah.
Editor: Ramdha Mawaddha
Tambahkan Komentar