
Readtimes.id– Partisipasi pemilih muda pada pemilu serentak 2024 diharapkan tidak sebatas penggunaan hak pilih saja, melainkan juga peran mereka dalam mengambil posisi-posisi strategis sebagai penyelenggara.
Program Manager Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Fadli Ramadhanil, mengatakan bahwa partisipasi pemilih muda di Pemilu 2024 turut diperhitungkan, mengingat jumlah mereka yang mendominasi usia pemilih di Indonesia saat ini.
“Kita berpikir dengan karakter mereka yang unik dan hidup di tengah era keterbukaan informasi seperti sekarang, ini adalah saatnya mereka mengambil posisi-posisi strategis dalam pelaksanaan pemilu 2024, mengingat juga jumlah pemilih muda itu sangat mendominasi pada pemilu ini,” ujar Fadli saat membawakan seminar “Refleksi Partisipasi Pemilih Pemuda Penyelenggara Badan Ad Hoc di Pemilu 2024” di FISIP Unhas, Selasa 5 Maret 2024.
Fadli mengungkapkan karena alasan itu kemudian Perludem berpikir bahwa perlu membekali teman-teman muda dengan pengetahuan seputar penyelenggara pemilu, agar nantinya mereka siap ketika bersentuhan langsung dengan masyarakat mengingat pemilu menyangkut kepentingan publik.
Hadir juga dalam kegiatan tersebut anggota Bawaslu Sulawesi Selatan, Samsuar Saleh yang mencoba menerangkan peran pemuda di Pemilu 2024 di Sulawesi Selatan yang menurutnya sangat aktif dan memiliki antusiasme tinggi.
“Di Sulsel teman-teman muda tidak hanya terlibat jadi KPPS ya, tapi juga sebagai pengawas pemilu. Mereka ini kelebihannya di lapangan adalah punya semangat tinggi. Ini menurut saya yang kemudian penting untuk melibatkan teman-teman muda di tingkat penyelenggara,” ujar Samsuar.
Selain itu, tambahnya, jam kerja yang padat menjadi penyelenggara membutuhkan energi yang lebih sehingga sangat disayangkan bila para pemilih muda tidak dilibatkan.
Senada dengan Samsuar, anggota KPU Sulsel, Rahmansyah juga mengungkapkan bahwa pemilih muda yang terlibat sebagai penyelenggara di tempat pemungutan suara (TPS), baik itu sebagai KPPS ataupun pengawas pemilu memang memiliki energi yang lebih. Hanya saja, kekurangannya terkadang mereka tidak bisa mengatur waktu istirahat sehingga berakibat pada kelelahan hingga ada yang meninggal dunia.
“Di Makassar kemarin yang meninggal itu teman-teman muda usianya baru 23 tahun, nah ini menjadi perhatian serius kami, bahwa meskipun punya energi lebih, teman-teman juga harus atur waktu untuk istirahat karena tahapan pemilu itu panjang,” ujar Rahmansyah.
Kendati demikian menurut Rahmansyah, turut serta dalam penyelenggaraan pemilu memang penting untuk pengembangan diri dan karir mereka ke depan, utamanya mereka yang berkeinginan untuk menempati posisi strategis di tingkat penyelenggara.
Sementara itu dosen Ilmu Politik, Andi Ali Armunanto mengatakan bahwa selain memiliki keinginan, dan pengetahuan yang cukup dalam kepemiluan, para pemilih muda juga harus punya passion saat terjun sebagai penyelenggaraan.
Menurutnya Ali ini penting agar mereka bisa menjalankan tugas sebaik-baiknya dan tidak terjebak pada alasan pragmatis saja, misalnya berorientasi pada gaji saja, tanpa memperhatikan kualitas dari pesta demokrasi.
“Penting ada afeksi disitu, penting ada bounding. Ketika penyelenggara muda ini punya rasa itu, saya pikir kualitas pesta demokrasi akan berjalan sangat baik,” tutur Ali.
Editor: Ramdha Mawadha
Tambahkan Komentar