RT - readtimes.id

Optimalkan Komoditi Jagung, Kadin Donggala Jalin Kemitraan dengan Sejumlah Perusahaan

Readtimes.id– Sulawesi Tengah (Sulteng) dulunya dikenal sebagai salah satu produsen kakao terbesar di Indonesia. Namun, seiring waktu kejayaan kakao Bumi Tadulako ini semakin meredup dengan semakin menurunnya produktivitas salah satu komoditi perkebunan unggulan Indonesia ini.

Menurut Regional Sales Manager PT. Syngenta Seed Indonesia Wilayah Sulawesi-Kalimantan, Bahtiar Manadjeng, pendapatan petani kakao semakin menurun karena hasil panen tiap tahun yang makin anjlok. Saat ini rata-rata produktivitas kakao kisaran 900 kilogram satu hektar area setiap tahun.

Jika harga kakao kering di level petani Rp 30.000 per kilogram, maka petani hanya menghasilkan Rp 27 juta per hektar dalam satu tahun atau gross.

“Ini tentu tidak menguntungkan secara bisnis,” ungkap Bahtiar saat pemaparan di gedung Kasiromu kantor Bupati Donggala, Selasa (25/1/2022).

Mantan Ketua BEM Fapertahut Unhas 2000-2001 ini menjelaskan, jika luas lahan kepemilikan rata-rata 1 hektar dengan jumlah anggota keluarga 4 sampai 5 orang per Kepala Keluarga (KK), maka penghasilan mereka di bawah Rp 460.000 satu orang setiap bulan. Kata dia, ini kategori masyarakat miskin.

Berdasarkan data yang dihimpun Bahtiar Manadjeng, kondisi ini juga terjadi di Kabupaten Donggala. Selama ini Donggala merupakan kabupaten yang memiliki luas lahan kakao terbesar di Sulteng, dengan luas mencapai 42.407 ha dari total luas lahan kakao Sulteng 285.788 ha. Data tersebut ungkapan dia, sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020.

Kondisi ini dianggap salah satu penilaian yang menjadikan Kabupaten Donggala memperoleh predikat termiskin di Sulteng, dengan angka kemiskinan mencapai 17 persen, sangat memprihatinkan.

Menurunnya produktivitas kakao berdampak atas penurunan penghasilan petani kakao, dan tentu berdampak langsung atas tingkat kesejahteraan petani. Lesunya kakao merupakan pukulan telak atas kehidupan ekonomi petani termasuk di Donggala.

Oleh sebab itu, salah seorang Presidium MW KAHMI Sulawesi Selatan ini menyambut baik dan mengapresiasi serta akan ikut mendorong apa yang digagas Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Donggala, Rahmad M. Arsyad melalui program Kadin Smart. Di mana salah satu programnnya adalah kemitraan budidaya jagung yang melibatkan beberapa stakeholder.

Mulai dari pihak perbankkan, produsen benih jagung, PT. Syngenta Seed Indonesia, off taker PT. Eazt Indonesia, dan Pemerintah Kabupaten Donggala yang ikut mendorong program ini.

“Program ini sangat bagus dan tentu kita harus support. Saya ke Sulteng ini untuk memberi support secara langsung kepada saudara saya,” tandasnya.

Bahtiar Manadjeng menuturkan, kehadirannya di Sulteng, khususnya Donggala untuk memenuhi undangan Ketua Kadin Donggala. Di mana undangan tersebut agar Bahtiar melihat Donggala, dan dapat membantu kemajuan Donggala, serta menyejahterakan masyarakatnya.

“MoU ini awal yang sangat bagus. Program ini menjadi salah satu solusi atas problem kemiskinan di Kabupaten Donggala,” katanya.

Potensi penghasilan petani jagung, lanjut Bahtiar Manadjeng, bisa mencapai Rp 64 juta setiap ha dalam satu tahun, bahkan lebih. Angka ini jauh di atas penghasilan komoditi kakao.

Sekretaris Umum Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia (PISPI) BPW Sulsel ini mengaku bahwa program kemitraan tersebut akan dimulai dengan 100 ha yang sudah terdaftar dalam Calon Petani Calon Lahan (CPCL), dan sudah diserahkan langsung oleh Ketua Kadin Rahmad M. Arsyad ke pihak Bank Mandiri.

“Program ini diharapkan bisa menyentuh lebih banyak petani ke depannya,” jelas Bahtiar.

Program kemitraan ini, sebut dia menjadi solusi atas problem yang dihadapi petani saat ini, karena keterbatasan finansial. Bank Mandiri hadir dan akan menyiapkan modal usaha dengan skema Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp 15 juta setiap hektarnya.

PT. Syngenta Seed Indonesia akan menyediakan benih berkualitas dengan Good Agriculture Practice untuk budidaya jagung, dan ikut melatih melalui Training of Trainer (TOT) bagi para (Field Force (FF), melalui program kemitraan bersama Penyuluh Lapangangan Pertanian dan petani itu sendiri.

Kemudian, PT. Eazt Indonesia sebagai off taker yang siap menyerap hasil penen petani.

Di sisi lain, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Donggala sangat mengapresiasi program yang digagas oleh Kadin Donggala.

Menurut Sekretaris Kabupaten Donggala, Rustam Efendi, program ini sangat bagus dan membantu pemerintah menurunkan angka kemiskinan.

“Terima kasih kami sampaikan kepada pihak Kadin Donggala, PT. Syngenta Seed Indonesia, PT. Eazt Indonesia dan Bank Mandiri, ini membantu tugas kami,” ujar Rustam Efendi.

Sementara, Ketua Kadin Donggala, Rahmad M. Arsyad dalam sambutannya menegaskan bahwa kemiskinan tersebut harus dilawan. Ia sangat optimistis program kemitraan melalui komoditi jagung ini akan ikut membantu pemerintah.

“Kemiskinan ini harus kita lawan. Program ini membantu mengentaskan kemiskinan dan mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat,” tegas Rahmad.

Ia menyebutkan, lahan kakao yang tidak produktif akhirnya menjadi lahan tidur yang tidak memberi nilai ekonomi bagi petani. Lahan-lahan tidur inilah harus dibangunkan dan didorong untuk kembali produktif melalui pergantian tanaman. Di mana jagung merupakan salah satu komoditi yang sangat menjanjikan.

Beberapa tahun terakhir tutur Rahmad, harga komoditi ini relatif stabil. Hal ini disebabkan tingginya permintaan atas jagung sebagai sumber pakan. Tingginya permintaan ini seiring pertumbuhan penduduk Indonesia.

Di sisi lain, kesadaran gizi masyarakat semakin membaik yang berdampak atas meningkatnya konsumsi pakan bergizi, seperti telur, daging ayam, sapi, udang, dan ikan.

Ketersediaan pakan bergizi tinggi ini sangat dipengaruhi atas ketersedian jagung kuning sebagai bahan baku utama pakan.

Nihlah Qolby

Tambahkan Komentar

Follow Kami

Jangan biarkan infomasi penting dan mendalam dari kami terlewatkan! Ikuti sosmed kami: