Judul : Hikayat Kretek
Penulis : Amen Budiman dan Ong Hok Ham
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Tahun Terbit : April 2016
Tebal : viii + 184 hlm
Bagi kamu yang perokok, sejauh mana kamu mengetahui sejarah rokok dengan segala aspek yang melingkupinya? Tahukah kamu bagaimana muasalnya tradisi menghisap rokok ini? Siapa bangsa pertama yang menghisap tembakau—sebagai bahan dasar rokok? Lalu bagaimana penyebarannya ke seluruh dunia? Kisah-kisah menarik apa yang ada dalam dunia merokok ini?
Jika kamu belum mengetahui secara utuh dan mendalam jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas, buku yang berjudul “Hikayat Kretek” akan sangat membantu. Ditulis oleh dua orang, Ong Hok Ham (sejarawan) dan Amen Budiman (budayawan), “Hikayat Kretek” ini bercerita secara kronologis perihal tembakau berikut ragam cara dikonsumsi atau dihisap di berbagai belahan dunia.
Ulasan buku kali ini tak ada hubungannya dengan pembelaan terhadap rokok. Persoalan kontroversial ini (pro dan anti-rokok) kita letakkan sejenak, dan mari melihat dari kacamata yang lebih obyektif dan historis, melalui kacamata kebudayaan. Bagaimanapun, soal kretek ini pernah tumbuh dan berkembang dalam sejarah serta memberi signifikansi terhadap berbagai aspek kehidupan di nusantara ini.
Membaca buku ini kita diingatkan akan produk bangsa kita sendiri, dan tidak melupakan kebudayaan yang lahir darinya. Buku ini akan menjadi referensi pembanding bagi mereka yang tengah bergelut dalam isu pro dan kontra tembakau ataupun rokok. Selama ini, perdebatan soal pro dan anti tembakau melulu menggunakan perspektif kesehatan (yang ditengarai menyimpan kepentingan bisnis kesehatan), inilah saatnya melihat perspektif sejarah dan kebudayaan.
Hanya memang, buku ini bukan hanya menyoroti muasal dan perjalanan tembakau serta pemanfaatannya di nusantara, namun juga merentang luas dari Eropa, Asia, Afrika, hingga Amerika. Namun, seluruh rentangan kisah perjalanan tembakau itu akan ditautkan dengan sejarah tembakau—serta kebiasaan merokok—yang pertama kali masuk ke Jawa pada 1523 tersebut.
Rentangan isi buku bermula pada paparan cerita suku Indian yang senang menghisap tembakau melalui lubang hidung mereka. Kisah ini dipercaya sebagai tonggak awal budaya merokok yang lantas menyebar ke seluruh dunia, khususnya Eropa. Columbus lah orang Eropa yang pertama menyaksikan kebiasaan tersebut, yang lalu dengan jalan berliku mulai tersebar atau diadopsi oleh orang Eropa.
Lalu cerita berlanjut di seputar negara Eropa yang mulai konsumsi tembakau, dan tak hanya itu, mulai mengembangkan cara-cara baru juga media baru seperti pipa merokok. Kita akan mendapati ternyata bangsa Inggris lah yang pertama kali mengembangkan pipa untuk merokok, bahkan lebih jauh dijelaskan bahwa pipa rokok ini sangat kaya maknanya bagi orang Inggris, yang salah satunya adalah melambangkan kemerdekaan dan kesetaraan juga persaudaraan.
Setelah mengelilingi Eropa, tembakau merambah asia, lalu secara detail dinarasikan penyebaran berikut ragam praktik konsumsinya di nusantara, khususnya di Pulau Jawa. Di nusantara, tembakau pada mulanya adalah bahan pelengkap dalam tradisi dan budaya konsumsi sirih dan pinang.
Lalu bagaimana dengan kretek? Kretek sendiri, kata dua penulis buku ini, adalah penemuan asli nusantara. Intinya, kretek itu Indonesia punya—rokok khas yang tidak ada di tempat lain di negara mana pun. Penemuannya awalnya dimaksudkan sebagai obat sesak oleh penemunya yang bernama Haji Jamhari. Dari penemuan yang tak direncanakan sebagai kretek ini, lalu bertahun-tahun setelah itu tumbuhlah dengan subur pusparagam perusahaan kecil kretek, mengikuti jejak Haji Jamhari.
Kamu tak perlu khawatir bakal mengerutkan kening saat membaca buku ini. Buku ini ditulis dengan gaya bercerita yang ringan layaknya karya reportase media massa, dan referensi yang dikutip tak melulu catatan sejarah yang rigid dengan angka-angka kuantitatif, namun juga bersandar pada referensi historiografi lokal seperti babad, serat, dan lontar.
Belum pula gambar-gambar yang menjelaskan dunia kretek dan tembakau dari masa lalu yang menarik dan informatif. Kisah-kisah masa lalu yang melingkupi dunia tembakau menjadi lebih hidup berkat foto-foto tersebut.
Tambahkan Komentar