Readtimes.id – Gojek dan Tokopedia akan menjadi start up terbesar di Indonesia jika keduanya sepakat merger. Rencana itu pertama kali diberitakan Bloomberg News pasa Selasa (5/1) lalu. Dengan nilai valuasi sebesar 18 miliyar dollar AS (setara 252 triliun rupiaj), Gojek-Tokopedia bisa mengembangkan apa saja dan menguasai rantai pasok dari hulu ke hilir.
Pengamat bisnis Universitas Hasanuddin, Dr. Abdullah Sanusi, menilai merger keduanya bisa saja menimbulkan potensi monopoli. Meskipun segmen pasar Gojek dan Tokopedia berbeda, tapi keduanya merupakan bagian rantai pasok bisnis digital yang saling berhubungan.
“Potensi itu ada. Segmennya tidak betul-betul berbeda sebenarnya, namun kalau keduanya merger, akan tercipta konsolidasi super ekosistem. Potensi monopolinya akan terlihat dari harga dan proses supply chain yang kemungkinan akan didominasi oleh mereka,” kata Dul, sapaan akrabnya, Rabu (6/1/2021).
“Jadi belum monopoli, tapi mengarah ke sana. Super ekosistem ini seperti konglomerasi di bisnis umum,” jelasnya.
Senada dengan Abdullah Sanusi, Guru Besar Keuangan dan Pasar Modal Universitas Indonesia, Budi Frensidy menilai merger Gojek-Tokopedia akan menciptakan satu perusahaan raksasa yang tak hanya menentukan harga, tapi juga sypply chain.
“Merger ini akan menciptakan seorang pemain sangat besar yang cenderung mengarah ke monopoli. Sebagaimana kita ketahui, monopoli belum tentu baik untuk kepentingan rakyat banyak. Dampak negatifnya adalah harga bisa ditentukan oleh pemain besar ini sedangkan kualitas pelayanan belum tentu memuaskan rakyat banyak,” katanya, dikutip Kontan.
Pemerintah seyogianya mengatur regulasi agar monopoli tidak terjadi. Atau setidaknya duopoli jika Grab dan Shopee mengikuti langkah Gojek dan Tokopedia. Mengingat di musim pandemi seperti ini dan ke depannya, start up mengalami peak season atau musim puncak permintaan. Banyak aktifitas masyarakat bergantung pada digitalisasi selama PSBB diberlakukan.
“Peran pemerintah tentu saja memastikan bahwa playing field bagi semua aktor adalah setara,” tambah Abdullah Sanusi.
Di sisi lain, Abdullah Sanusi melihat tidak sepenuhnya merger Gojek-Tokopedia akan menimbulkan efek negatif bagi pasar digital. Pemerintah harus jeli melihat aspek positifnya. Namun sebelum itu, pemerintah harus memastikan konglomerasi itu tidak membuat yang lemah semakin lemah.
“Penguasaan dari hulu ke hilir tentu membuat sulit juga bagi pemerintah berkaitan dengan regulasinya, apalagi dalam konteks industri teknologi dan digital, dimana regulasi selalu selangkah dibelakang perkembangan industri ini,” tambah Abdullah Sanusi.
Tambahkan Komentar