
Readtimes.id– “Jangankan sertifikat vaksin, surat rapid dan swab antigen yang kemarin saja itu sudah berdampak pada rendahnya pendapatan kita,” terang Basri Zain, Pimpinan Pippos sebuah perusahaan jasa transportasi umum antar daerah di Sulawesi Selatan menyikapi uji coba penggunaan sertifikat vaksin sebagai syarat menggunakan transportasi umum.
Seperti diketahui, empat daerah yakni Jakarta, Surabaya, Semarang dan Bandung telah menerapkan sertifikat vaksin sebagai syarat mengakses tempat umum dan menggunakan transportasi publik sejak tanggal 10-16 Agustus mendatang.
Menurut pengakuan Basri Zain, hal ini berakibat pada turunnya minat penumpang untuk bepergian di tengah pandemi, karena enggan berurusan dengan rumitnya persyaratan izin transportasi. Ini semakin menjadi ketika pemerintah memilih untuk memperpanjang PPKM di sejumlah daerah yang membuat perjalanan antar daerah berkurang.
“Kalau tahun lalu turunya mungkin masih 50 persen tapi sekarang pendapatan teman-teman sudah turun 70-80 persen,” terangnya.
Menurut Basri, tahun lalu para pengusaha transportasi daerah sedikit tertolong karena ada kebijakan perpanjangan restrukturisasi kredit yang dijalankan perbankan meskipun load factor ( faktor muat penumpang) rendah. Para pengusaha memperoleh relaksasi dengan tidak perlu membayar pokok cicilan yang sebelumnya belum lunas melainkan cukup bunga.
Berbeda dengan kondisi sekarang, para pengusaha ini harus membayar pokok cicilan beserta bunga sementara load factor masih rendah sehingga yang terjadi adalah kerugian yang lebih tinggi.
“Saya tidak sependapat dengan pandangan pemerintah yang mengatakan bahwa kebijakan sertifikat vaksin ini dapat membantu memulihkan beberapa sektor yang terdampak, justru yang ada semakin memperburuk, karena hari ini saja masih sedikit orang yang mau divaksin,” tambahnya.
Baca Juga : Di Balik Sertifikat Vaksin Palsu
Lebih jauh pihaknya berharap agar pemerintah membuatkan jalan alternatif bagi para pengusaha jasa transportasi umum, untuk tetap berpenghasilan tanpa kemudian harus mengorbankan sisi kesehatan.
“Sebagai pengusaha saya paham ini dilematis memang, pilih kesehatan atau ekonomi. Namun kita tidak mungkin bertahan di posisi dilematis itu hingga semuanya hancur, oleh karena itu saya berharap ini ada jalan tengah,” pungkasnya.
1 Komentar