RT - readtimes.id

Terima Penghargaan Doktor Kehormatan dari Unhas, Bruce Michael Alberts Siap Kontribusi untuk Sains

Readtimes.id– Universitas Hasanuddin (Unhas) menganugerahkan gelar Doktor kehormatan atau Doctor Honoris Causa (Dr. HC) kepada Dr. Bruce Michael Alberts. Ia adalah seorang ilmuwan terkemuka dalam bidang sains dan ahli biokimia kelas dunia dari Amerika Serikat.

Penganugerahan gelar ini merupakan bentuk penghormatan Unhas kepada Dr. Alberts atas dedikasi, keteladanan, dan sumbangsih pemikiran istimewa dalam ilmu pengetahuan.

Selain itu, kehadiran Dr. Alberts juga dianggap memberi pengaruh besar dalam bidang biokimia-biomedis, serta memajukan pendidikan sains dan memberdayakan ilmuwan muda di dunia, utamanya di Indonesia.

Rektor Universitas Hasanuddin, Prof. Jamaluddin Jompa mengatakan peran Dr. Alberts tersebut perlu diapresiasi demi kemajuan ilmu pengetahuan di Indonesia, terkhusus dalam dunia pendidikan sains di Unhas.

“Kita bersyukur bahwa Unhas layak untuk dikunjungi oleh Dr. Alberts dan beliau bersedia menerima penghargaan Dr. HC dari kami atas sumbangsihnya yang luar biasa. Perlu diketahui bahwa Dr. Alberts telah banyak menerima penghargaan serupa, namun ia cukup selektif dalam menerimanya. Sehingga suatu kebanggan bagi Unhas bahwa ia bersedia menerima penghargaan dari kami,” Jelas Prof. Jamaluddin dalam siaran pers, Rabu (10/08/2022).

Dr. Alberts telah menerima 17 penghargaan Dr. HC dari berbagai universitas ternama di dunia. Unhas kemudian menjadi kampus ke-17 yang memberi penghargaan tersebut.

Selain itu, Dr. Alberts juga telah dianugerahi Commander of the Other of the British Empire (CBE), penghargaan tertinggi dari Kerajaan Inggris serta National Medal of Science (2014) oleh Presiden Barack Obama.

Awal perjalanan dedikasi Dr. Alberts di Indonesia dimulai sejak tahun 2015, ketika Presiden Amerika Serikat pada saat itu memintanya menjadi Special Envoy on Science (utusan khusus kerja sama sains) AS untuk Indonesia dan Pakistan.

Ia kemudian lebih banyak berkiprah di Indonesia karena kondisi keamanan dan sambutan dan peran lembaga-lembaga ilmuwan di Indonesia yang jauh lebih tanggap.

Sejak saat itu, Dr. Alberts bekerja sama dengan ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI 2015-2018), Prof. Sangkot Marzuki untuk mengembangkan forum-forum ilmiah interdisiplin, khususnya para ilmuwan muda di berbagai bidang.

Mereka kemudian membentuk forum seri tahunan Indonesian-American KA VLI Frontiers of Science Symposium (KFoSS) di berbagai kota, termasuk Kota Makassar. Hal inilah yang mengantarkan Dr. Alberts dapat mengenal Unhas.

Selanjutnya, Dr. Alberts berharap AS bisa lebih banyak membantu Indonesia dalam sains dan mendatangkan berbagai ahli untuk memberi banyak masukan kepada Indonesia termasuk kepada Unhas. Hal ini ia pertimbangkan berkat upaya ilmuan-ilmuan Unhas yang menjalin interaksi paling baik dengan dirinya dalam pengembangan Ilmu pengetahuan.

“Saya kemudian menjalin kerjasama dengan Unhas, mereka menyambut dan bekerja bersama saya dengan baik. Saya melihat Unhas ini punya visi membangun Indonesia dari timur dengan ilmu pengetahuan,” jelas Dr. Albert.

Pemanfaatan Sains dalam Mendukung Pembangunan Indonesia

Setelah ia menjadi Presiden di National Academy of Sciences (NAS) tahun 1993-2005, Dr. Alberts kemudian membawa misi penting untuk mendukung para Ilmuwan di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Ia kemudian membuat berbagai laporan kepada pemerintah agar memiliki andil serius untuk membantu para ilmuwan melakukan riset yang terbaik.

Dr Alberts mengatakan bahwa baginya Indonesia adalah negara penuh potensi dalam pengembangan sains, terutama dalam kebermanfaatannya bagi pengambilan kebijakan publik dan berbagai keputusan dalam membangun Indonesia.

Politisi dan pemerintah dalam bekerja dianggap perlu untuk mendengarkan para ilmuwan agar lebih memahami bagaimana kemudian sains dapat bekerja dalam pembangunan suatu negara.

Kendati demikian, Dr. Alberts mengatakan pemerintah belum benar-benar serius mendukung ilmuwan dalam bekerja, utamanya dalam pemanfaatan dana-dana publik untuk perkembangan dan kemajuan sains.

“Sayangnya di Indonesia dukungan ini belum terjadi. Ilmuwan akhirnya terbelenggu dan tidak bisa bermimpi besar. Pemberian dana untuk melakukan riset itu hanya satu tahun dan dalam satu tahun itu ilmuwan dituntut harus publikasi. Sementara untuk melakukan sebuah riset butuh bertahun-tahun, akhirnya karena tuntutan tersebut banyak dari ilmuan yang melakukan hal yang kurang penting dan tidak maksimal,” ungkap Dr. Alberts

Ia kemudian mengatakan bangsa yang bisa maju merupakan bangsa yang memiliki sains atau Ilmu pengetahuan yang kuat dalam menjawab berbagai tantangan, termasuk saat ini dampak climate change (perubahan iklim) dan berbagai permasalah lain yang terjadi di Indonesia.

I Luh Devi Sania

1 Komentar

Follow Kami

Jangan biarkan infomasi penting dan mendalam dari kami terlewatkan! Ikuti sosmed kami: