Readtimes.id — Sebagai kiblat negara demokrasi dunia, insiden penyerbuan gedung Capitol oleh masa yang tak puas dengan hasil akhir pemilu Amerika Serikat sudah tentu dinilai sebagai peristiwa yang sangat memalukan.
Peristiwa yang berhasil membuat keadaan mencekam lebih dari enam jam di tempat berkumpulnya para anggota DPR dan Senat AS ini, berhasil menghentikan proses pengesahan Joe Biden sebagai Presiden terpilih Amerika.
Seketika demokrasi yang dibanggakan sejak ratusan tahun itu mati begitu saja ditangan seorang Presiden yang belum sepenuhnya turun dari singgasana kehormatannya.
Ya Trump-lah orangnya, yang berhasil menjelma menjadi seorang orator ulung dan berhasil membakar semangat ratusan pengunjuk rasa dengan pidatonya ” Selamatkan Amerika”. Tak ubah ini kemudian mencuri perhatian dunia yang berusaha membaca krisis apa yang sedang terjadi di negeri Paman Sam itu.
” Saya pikir Trump adalah kecelakan yang dialami oleh Amerika dalam memilih Presiden
ditambah lagi kompleksitas masalah yang memang ada di Amerika .” ujar Bambang Cipto seorang Profesor pengamat politik Internasional dari Universitas Muhammdiyah Yogyakarta ketika dihubungi oleh Readtimes.id
Dalam penjelasanya ia juga memaparkan beberapa alasan pemicu yang mendasari terjadinya peristiwa yang tidak demokratis di negara demokrasi sekelas Amerika , tak lain disebabkan oleh kecenderungan milenial Amerika yang mengagumi para pemimpin otoriter yang dianggap lebih mampu menyelesaikan masalah Amerika terutama dalam bidang perekonomian, ketimbang Presiden pro demokrasi sebelum era Trump.
Selain itu dari sisi Trump yang memang tidak mematuhi nilai-nilai dasar demokrasi Amerika sejak awal. Pihaknya juga membaca ada kecenderungan sifat Trump yang juga mengagumi para pemimpin otoriter dunia seperi Kim Jong- Un di Korea Utara dan Erdogan di Turki yang dinilai turut memengaruhi sudut pandang masyarakat Amerika terutama milenial yang jumlahnya mencapai 60 persen itu
Kesamaan sudut pandang ini yang kemudian mempermudah Trump dalam menarik simpati masyarakat Amerika di era kepemimpinannya. Bahkan hingga peristiwa unjuk rasa 6 Januari lalu. Dan satu lagi kegagalan partai Demokrat dalam mengusung figur Presiden yang dapat menjawab permasalahan Amerika juga menjadi sorotan penulis buku “Politik dan Pemerintahan Amerika Serikat ” tersebut.
Lebih jauh dari itu ketika disinggung mengenai dampak dari peristiwa yang terjadi di Amerika serikat baru-baru ini, menurut Bambang tentu akan berdampak besar jika melihat posisi Amerika sebagai negara berpengaruh di dunia. Salah satunya adalah menguatnya negara-negara otoriter dunia.
Harus diakui Trump adalah fenomena pemimpin anti – demokrasi di negara demokrasi yang terpilih melalui proses demokratis. Pemimpin yang paling dibenci bagi mereka yang “merindukan” kebebasan juga kesetaraan. Pemimpin yang juga dirindukan bagi mereka yang “membenci” pajak tinggi juga para imigran.
1 Komentar