Readtimes.id– Pandemi ini seperti pedang bermata dua bagi sebuah hubungan. Untuk yang tinggal serumah dengan pasangan, pandemi ini bisa berdampak pada retaknya hubungan. Pertemuan terus-menerus dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya perselisihan dan berpotensi membuat pasangan merasa tidak punya waktu untuk sendiri.
Tapi di sisi lain, pada sebagian pasangan yang tinggal serumah, kondisi pandemi ini justru memberi sudut pandang baru yang selama ini belum pernah kita lihat. Misalnya, sejak pandemi ini, kita jadi bisa melihat bagaimana suami saat bekerja. Dan bagi beberapa orang, kondisi itu bisa meningkatkan rasa kagum pada pasangan.
Menurut Psikolog Raissa Hadiman, M.Psi, saat kita berada dalam suatu hubungan cinta, biasanya kita memiliki tiga hal atau disebut “Triangular of Love”. Yaitu passion (rasa suka yang membuat berdebar), intimacy (kedekatan dan keinginan untuk terbuka satu sama lain), dan komitmen.
Raissa menjelaskan, saat berada di situasi yang serba terbatas dan serba tidak biasa ini, kita mungkin merasa kangen dan ingin bercerita panjang lebar dengan pasangan. Tetapi kondisi pandemi membuat kebersamaan para pasangan menjadi terbatas. Kondisi di mana emosi kangen dan cinta kita meluap-luap tapi tidak bisa tersalurkan dengan optimal, membuat kita mencari jalan lain untuk menyalurkan emosi tersebut.
“Ada yang berhasil mencari cara yang tepat, misalnya dengan menyempatkan untuk video call dengan pasangan setiap hari. Tapi ada juga yang ternyata komitmennya tidak cukup kuat dan akhirnya malah menyalurkan emosi dengan cara yang salah, misalnya mencari orang lain yang lebih mudah ditemui,” ujarnya.
Tetapi kabar baiknya, masa pandemi ini sering kali membuka mata kita untuk melihat seberapa kuat passion, intimacy, dan komitmen dari pasangan kita.
Berbicara mengenai hubungan yang kandas di masa pandemi ini biasanya merupakan hubungan yang memang dari awal kurang sehat atau kurang memiliki tiga hal tadi. Jadi, masa pandemi ini hanya pemicu, tapi bukan seratus persen penyebab. Sementara hubungan yang sehat dan memiliki passion, intimacy dan komitmen yang kuat, biasanya lebih kuat juga dalam bertahan menghadapi situasi stres seperti masa pandemi ini.
Maka dari itu, Raissa memberi tips untuk menjalani hubungan di masa sulit seperti ini yakni:
- Buat komitmen bersama pasangan. Misalnya, janjian untuk video call seminggu 2 kali, minimal 15 menit. Ingat, komitmen ini harus disepakati kedua belah pihak, jangan sampai hanya permintaan dari salah satu pihak saja.
- Menceritakan pengalaman dan perasaan yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan pada pasangan. Agar pasangan kita tidak merasa bahwa kita tidak cukup terbuka padanya, atau merasa bahwa kita tidak percaya untuk menceritakan hal-hal buruk padanya.
- Di masa pandemi ini, bisa bertahan hidup dengan sehat fisik dan mental saja adalah suatu kemewahan. Jadi, jangan “memberikan penyakit” di hubungan kita dengan memberikan kode-kode yang memperunyam hubungan.
Nah dengan begitu kenali bahasa cinta pasangan dan diri kita sendiri terlebih dahulu yah. Sebuah hubungan yang sehat adalah hubungan yang mau memberi dan menerima. Berikan kebutuhan pasanganmu dengan cara mengungkapkan rasa sayang yang sesuai dengan bahasa cintanya. Sebaliknya, sampaikan pada pasangan hal-hal apa yang bisa membuat kita merasa dicintai.
Tambahkan Komentar