Readtimes.id—Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka membangun rel kereta layang (elevated rail) jalur Solo-Semarang. Dengan adanya pembangunan ini, selain untuk mengurai kemacetan di perlintasan sebidang Simpang Joglo, Solo, juga menambah pergerakan kegiatan ekonomi.
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengungkapkan, jalur kereta di Simpang Joglo ini memiliki frekuensi pergerakan kereta api yang cukup padat, karena dilintasi oleh tiga jenis kereta yaitu: Kereta Jarak Jauh (penumpang dan barang), Kereta Bandara Adi Sumarmo (BIAS), dan Kereta Komuter Solo-Jogja.
Adanya Simpang Joglo membuat waktu kedatangan kereta api menjadi lebih dari 30 menit. Dengan dibangunannya rel layang diharapkan waktu tersebut turun signifikan menjadi kurang dari 15 menit.
“Lalu lintas di Simpang Joglo ini sangat padat dan menjadi titik kemacetan. Dengan adanya penataan ini diharapkan dapat menyelesaikan masalah lalu lintas jalan dan pergerakan kereta api,” ucap Menhub.
Selain mengurai kemacetan, pembangunan kereta layang ini juga bisa menambah potensi perekonomian baru dì masyarakat.
Peneliti Institut Studi Transportasi, Deddy Herlambang juga mengungkapkan hal serupa. Menurutnya, Stasiun Kalioso ini bisa jadi tempat transit oriented development (TOD) atau pengembangan perkotaan berorientasi transit yang memaksimalkan jumlah ruang perumahan, bisnis dan rekreasi dalam jarak berjalan kaki dari angkutan umum yakni kereta.
“Di Kalioso ini nanti bisa jadi Transit Oriented Development, jadi bisa dibangun hotel, apartemen, perkantoran, mall dekat stasiun,” jelasnya kepada readtimes.id (14/1).
Meski demikian, Deddy mengatakan hal tersebut tidak dapat serta merta diwujudkan. Mesti perlu pertimbangan dari segi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan warga setempat untuk membuat pusat keramaian di Kalioso
“Kalau RTRW di sana sesuai pembangunan ya tidak masalah, kita bisa pindah pusat keramaian dari Balapan ke Kalioso, jadi di sana bisa ada pusat perekonomian baru,” jelasnya.
Analisa Amdal Harus Akurat
Selain itu, analisis dampak lingkungan (Amdal) dan dampak sosialnya pada masyarakat sekitar juga perlu diperhatikan. Deddy berharap analisa Amdal proyek ini benar-benar dilakukan secara akurat, teliti dan cermat.
“Misal drainasenya jangan sampai membuat kawasan sekitar menjadi banjir, atau yang dulunya mendapat sinar matahari yang cukup kini tidak lagi. Pemakaian lahan warga itu perlu ada kajian jangan sampai merugikan lingkungan dan merugikan masyarakat,” katanya.
Proyek rel ganda kereta api Solo – Semarang fase 1 ini memiliki panjang 10 kilometer spoor (Km’sp), yang sekitar 1,8 Km’sp-nya akan dibangun secara layang (elevated) oleh Kemenhub.
Proyek ini dibangun dengan biaya sekitar Rp 920 miliar yang berasal dari rupiah murni dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Ditargetkan, pembangunannya selesai pada akhir tahun 2023.
Baca Juga : Suntikan Dana Negara untuk Proyek Kereta Cepat, Wajarkah ?
Deddy mengatakan tidak masalah dalam persoalan pendanaan. Ia Optimistis pemerintah mampu membiayai proyek ini dan selesai tepat waktu di tahun 2023. Selain itu, Potensi kenaikan tarif kereta pun tidak ada.
“Potensi kenaikan tidak ada, infrastruktur seperti itu memang tanggung jawab pemerintah lalu sarana kereta api tanggung jawab PT Kereta Api. Justru pemerintah mendapatkan keuntungan, perjalanan lancar, mengurangi macet dan kecelakaan lalu lintas,” pungkasnya.
566 Komentar