Readtimes.id– Dunia kerja merupakan tantangan hidup baru yang akan dihadapi para lulusan baru dari perguruan tinggi atau fresh graduate untuk membangun karier. Fresh graduate akan merasakan sulitnya mencari pekerjaan, tak kunjung mendapat panggilan wawancara kerja, hingga penolakan dari perusahaan.
Selain itu, ketika melamar pekerjaan tak jarang sebuah perusahaan atau instansi mensyaratkan pengalaman kerja sebagai pertimbangan untuk diterima bekerja. Masalahnya, tak sedikit dari fresh graduate yang belum memiliki pengalaman kerja. Lantas, hal apa yang dipersiapkan fresh graduate untuk bersaing memasuki dunia kerja?
Human Resources (HR) Profesional, Jovita Jims mengatakan para perekrut atau HRD biasanya akan melihat pelamar fresh graduate yang memiliki keinginan tinggi untuk belajar hal baru. Hal ini dapat dilihat dari berapa banyak kegiatan yang telah diikuti oleh pelamar, misalnya organisasi, freelance, volunteer, magang dan lain sebagainya.
“Indikatornya adalah organisasi, freelance, volunteer, magang, karena yang sudah punya pengalaman seperti itu meski belum dalam konteks pekerja penuh tapi sudah mulai paham bagaimana bekerja secara profesional dan akan membentuk karakternya juga untuk adaptasi dalam situasi kerja,” ungkap Jovita.
Untuk mempersiapkan hal tersebut, Jovita mengatakan selama menjalani perkuliahan sebaiknya tidak hanya terpaku pada perkuliahan saja. Nilai indeks prestasi kumulatif (IPK) memang menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam penerimaan pekerja tetapi juga harus didukung dengan skill atau keterampilan lain yang dapat diasah dengan mengikuti banyak kegiatan lain di luar kelas perkuliahan.
“Sebisa mungkin imbangi kuliah dengan kegiatan lain yang kamu sukai dan bisa menjadi wadah membangun potensi diri. Skill dan pencapaian kamu selama berkegiatan akan menjadi nilai plus yang bakal dilirik oleh HRD,” ungkapnya.
Selain itu, kadangkala perusahaan bukan hanya mencari hard skill, tetapi juga soft skill. Bahkan, tak jarang perusahaan mengedepankan hal ini dibanding hard skill seorang fresh graduate.
Beberapa soft skill yang bisa menunjukkan profesionalisme adalah kecerdasan emosional, berpikir kritis, pemecahan masalah, dan public speaking.
Selanjutnya, setelah mempersiapkan hal-hal tersebut, pelamar juga perlu memerhatikan dan mempelajari perusahaan atau instansi yang akan didaftar. Pasalnya, banyak pelamar yang telah diterima bekerja merasa tidak cocok dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya karena kurangnya observasi dan persiapan.
Jovita mengatakan, ada beberapa aspek yang harus dipertimbangkan seorang pelamar dalam memilih pekerjaan dan perusahaan seperti jenis kerja yang cocok dengan diri dan skill yang dimiliki, gaji yang sesuai dengan beban kerja, budaya atau culture dalam perusahaan, serta alur kerja.
Selain itu, lingkungan kerja juga perlu diperhatikan dari aspek generasi pekerja yang mendominasi suatu perusahaan seperti baby boomers atau kelompok demografi berusia antara 50 tahun ke atas. Kemudian ada generasi milenial dan juga generasi Z juga menjadi pertimbangan agar dapat melakukan penyesuaian diri dengan mudah.
“Pertama apakah posisi yang ditawarkan sesuai dengan diri dan skill yang dimiliki, jenjang kariernya seperti apa kedepannya, beban kerjanya, culture, workflownya dan lingkungan kerjanya seperti apa. Karena sekarang hal tersebut akan berbeda di perusahaan baru (startup) dan corporate,” jelasnya.
Startup company dan korporat bisa jadi sangat berbeda dalam alur dan budaya bekerja. Jovita mengatakan, startup cenderung lebih fleksibel dan ada banyak hal yang tidak perlu menggunakan standar operasional prosedur (SOP) sehingga perusahaan ini akan cocok dengan orang yang berjiwa bebas dan terbuka dengan hal baru.
Sedangkan perusahaan corporate yang didirikan oleh sekelompok orang dan beroperasi dengan entitas hukum yang jelas dengan segala ketentuan dan prosedur kerja yang berlaku sudah memiliki dasar hukum sehingga biasanya lebih tertata dan teratur dan lebih kaku dari startup.
Kendati demikian, baik di startup atau di corporate, kita juga perlu mementingkan Kesempatan untuk belajar dan berkembang melalui jenjang karier yang disediakan.
“Kalau mau banyak eksplor hal baru lebih bebas bisa memilih startup, kalau mau lebih teratur meski sedikit kesempatan untuk eksplorasi, bisa memilih corporate, tapi yang paling penting adalah ke depannya jenjang karir harus jelas ada peningkatan,” pungkasnya.
1 Komentar