
Readtimes.id– Pemerintah India menerbitkan larangan ekspor gandum pada 13 Mei 2022. Hal ini dilakukan akibat gelombang panas yang mengganggu produksi dan menimbulkan kenaikan harga. Akhirnya, larangan tersebut berakibat harga gandum dunia melonjak tajam hingga menyentuh angka US$1.247,9/bushel per 17 Mei 2022.
Setelah larangan ini diterbitkan, sejumlah industri yang menggunakan gandum sebagai bahan baku produksi pun merasa khawatir akan berimbas pada kurangnya pasokan dan melonjaknya harga gandum di Tanah Air.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengungkapkan bahwa stok gandum dari India cukup besar. Saat ini, pemerintah pun terus memantau dampak kebijakan tersebut. Meski demikian, Lutfi memastikan stok cukup beberapa waktu ke depan.
“Kita sedang pelajari, tetapi kita beli 1/3 dari tepung gandum itu dari India. Stok kita masih aman untuk tiga bulan ke depan. Setelah tiga bulan ini akan kami perbincangkan,” jelas Lutfi.
Indonesia merupakan negara importir bersih gandum dengan jumlah cukup besar. Posisinya bahkan mengungguli dua negara lain yakni Turki dan Mesir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2021, nilai impor gandum dan meslin Indonesia tercatat US$ 3,55 miliar, setara Rp 51,45 triliun (Kurs = Rp 14.500/US$), sementara hingga bulan Februari 2022, nilai impor gandum Indonesia mencapai Rp 9,06 triliun.
Jumlah ini naik 34,8 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. India jadi salah satu importir utama gandum Indonesia. Pada tahun 2021, nilai impor gandum dari India mencapai R1,46 triliun dan menjadi negara pemasok nomor enam gandum bagi Indonesia.
Meski demikian, Guru Besar dan Kepala Biotech Center Institut Pertanian Bogor (IPB), Dwi Andreas Santosa mengatakan larangan ekspor gandum dari India untuk saat ini belum menimbulkan dampak yang cukup besar bagi indonesia. Karena, India hanya salah satu negra importir gandum ke Indonesia dengan jumlah masih terbilang sedikit dibanding 5 negara eksportir lainnya.
Dwi Andreas justru lebih mengkhawatirkan terganggunya impor gandum dari Ukraina yang sedang berkonflik, mengingat Ukraina adalah negara importir gandum Indonesia terbesar kedua setelah Australia.
“Impor gandum kita yang paling besar itu dari Australia Kemudian ukraina. India itu berada jauh di bawah mereka sehingga jumlahnya lebih sedikit,” jelas Dwi Andreas.
Konflik Antara ukraina dan Rusia ini pula yang menyebabkan Harga gandum dunia melonjak tinggi. Selain itu, konflik ini akhirnya membuat India sebagai negara alternatif penyuplai pasokan gandum. Mampetnya pasokan gandum di dunia membuat pelaku usaha dalam negeri mempertimbangkan untuk menaikkan harga produk turunan gandum, seperti mie dan roti.
Mengapa Indonesia tidak Memproduksi Gandum dalam Negeri?
Indonesia cukup bergantung dengan impor gandum. Sebagian besar produk makanan olahan gandum dalam negeri seperti mie, tepung terigu, roti hingga kue tergantung pada impor dari enam negara pemasok, yakni Australia, Ukraina, Kanada, Argentina, Amerika serikat, dan India.
Indonesia sendiri tidak mampu memenuhi kebutuhan gandum yang cukup besar itu jika hanya mengandalkan produksi gandum dalam negeri. Dwi Andreas mengatakan, meski secara teknis gandum dapat tumbuh di Indonesia, produktivitas gandum masih sangat minim. Hal ini disebabkan oleh iklim dan tekstur tanah Indonesia yang berbukit, membuat gandum cukup sulit tumbuh.
“Produsen gandum kita ada bahkan dari segi kualitas sama, cuma tidak mampu menutupi kebutuhan nasional karena jumlahnya sangat minim dan sulit dibudidayakan,” jelasnya.
Selain itu, harga gandum impor dibanderol lebih murah jika dibandingkan dengan harga gandum lokal yang diproduksi di Indonesia membuat industri lebih memilih gandum impor untuk mencukupi kebutuhan.
Tambahkan Komentar