
Readtimes.id– Kemenangan Kroasia atas Brasil membuat Luka Modric dan kolega mengulang prestasi mereka di 2018 dan 1998 saat berhasil masuk semifinal Piala Dunia. Meski belum pernah juara, prestasi ini adalah sebuah pencapaian tersendiri untuk negara yang memiliki wilayah kecil dan berpenduduk kecil itu.
Diketahui Kroasia hanya memiliki 4 juta penduduk dan luas wilayah 56.594 km. Berbeda jauh dari Brasil.
“Brasil punya 200 juta penduduk, kami (Kroasia) hanya punya 4 juta. Kami seperti wilayah suburban dari sebuah kota di Brasil,” ujar pelatih Zlatko Dalic pada konferensi pers.
Kendati demikian mereka tetap dapat melahirkan pemain sepak bola berbakat, seperti Luka Modric, Marcelo Brozovic, hingga Mateo Kovacic. Bahkan, Vatreni -julukan Timnas Kroasia- diisi oleh 20 pemain yang bermain di liga luar Kroasia di mana mayoritas berlaga di kompetisi top eropa. Bermodal pemain-pemain tersebut, Kroasia kerap kali disebut sedang memiliki generasi emas.
Generasi emas dalam sepak bola seringkali diartikan sebagai sekelompok pemain hebat yang memiliki umur sebaya pada sebuah negara. Contohnya ada pada Timnas Kroasia di piala dunia 2018. Mereka punya Luka Modric, Mario Mandzukic, Ivan Rakitic, dan Ivan Perisic.
yang menjadi fondasi utama dari Kroasia ketika negara mereka berhasil meraih peringkat 2 di ajang tersebut.
Kendati kini hanya tersisa Modric dan Perisic saja pada generasi tersebut,
Kroasia nyatanya masih mampu menyajikan penampilan yang baiknya dengan tambahan pemain muda potensial seperti Josko Guardiola, Domagoj Vida dan Dejan Lovren pada ajang empat tahunan ini dengan mengalahkan Jepang dan Brasil untuk maju ke babak selanjutnya.
Menyoal kehadiran generasi emas, hal tersebut sejatinya tidak datang begitu saja melainkan hasil dari akademi sepak bola yang mereka miliki. Kroasia memilik akademi sepak bola yang terbaik bahkan telah diakui oleh UEFA selaku konfederasi sepak bola benua eropa. Adapun salah satunya adalah Dinamo Zagreb Academy, sebagai salah satu dari 6 akademi sepak bola terbaik dunia.
Melalui akademi tersebut, para bibit pemain Kroasia dilatih dan diasah kemampuannya untuk dapat menjadi pemain yang hebat. Nama-nama seperti Luka Modric, Mateo Kovacic, dan Andrej Kramaric adalah buah dari akademi milik Dinamo Zagreb. Selain itu, ada pula akademi Hajduk Split, tempat Ivan Perisic, Mario Pasalic, dan Nikola Vlasic belajar sepak bola.
Selain menjamin kualitas akademi sepak bola, Kroasia juga menyediakan berbagai fasilitas seperti lapangan sepak bola untuk masyarakatnya untuk membentuk kebiasaan bermain bola di negaranya. Hal-hal tersebut juga dibarengi dengan keberanian para pemain mudanya untuk bermain di luar negeri di mana nantinya, di sana lah mereka bisa mengaplikasikan berbagai ilmu yang mereka peroleh dari akademi.
Hal itu terbukti dari 20 pemain Timnas Kroasia yang bermain di luar negaranya. Sejumlah hal tersebutlah yang membuat negara beribukota Zagreb ini bisa memaksimalkan sisa-sisa generasi emasnya untuk menduplikasi prestasi di 2018 dan 1998.
Generasi emas memang bisa menjanjikan prestasi. Namun sekali lagu kehadirannya perlu ditunjang dengan konsisten menyiapkan faktor pendukung seperti sistem, infrastruktur, hingga pelatih yang mumpuni. Dan Indonesia bisa belajar dari sini.
Editor: Ramdha Mawaddha