Readtimes.id– Pandemi yang merebak tiga tahun lalu jadi mimpi buruk bagi Syamsiah Waris. Sehari-hari ia menggantungkan hidup dengan berjualan gamis dan blouse di Pasar Butung Makassar, terpaksa disetop lantaran adanya pembatasan aktivitas masyarakat.
Berjualan di media sosial pun jadi pilihan Syamsiah agar nafas bisnisnya tidak terputus. Ia memanfaatkan media sosial Facebook dan TikTok untuk mendapatkan pembeli agar bisa memutar roda bisnisnya yang diberi nama Rafashion.
Bukan jualan biasa, Syamsiah memanfaatkan fitur live atau siaran langsung untuk menawarkan pakaian syar’i kepada pengguna media sosial yang lain atau diistilahkan dengan live commerce.
Bersyukur, langkah yang diambilnya justru berbuah manis. Live streaming Syamsiah menarik perhatian dan mendapat banyak penonton, tak sedikit juga yang memasukkan orderannya.
“Waktu Makassar lockdown itu, membeludak sekali orderan dari orang-orang, karena nda bisa kemana-mana toh, jadi orang pesan online di facebook,” jelas Syamsiah pada Readtimes (1/2/23).
Facebook menjadi media sosial pertama yang dimanfaatkan Syamsiah untuk live streaming shopping. Hingga saat ini akun Facebook jualannya sudah memiliki lebih dari empat ribu pengikut.
Setelah fitur Tiktok Shop hadir, Syamsiah juga berinisiatif mencari pelanggan dengan live streaming. Sekarang ia sudah berhasil mendapat 42.8 ribu pengikut di Tiktok.
Diantara kedua media sosial yang digunakan Syamsiah berjualan, Facebook adalah yang paling banyak menarik pembeli dibanding Tiktok.
“Kita paling banyak pembeli di Facebook, karena awal mulanya kita berjualan ya di sana. Jadi sudah banyak langganan, kalau di Tiktok kita baru 2 bulan memulai,” tuturnya.
Live commerce memang menjadi tren beberapa tahun terakhir. Menurut Data.ai, penjualan secara live streaming menjadi tren pemasaran yang paling efektif di tahun 2023. Data pada tahun 2021, para konsumen bahkan menghabiskan 548 miliar jam untuk streaming melalui perangkat seluler.
Berkat adanya tren jualan live commerce tersebut juga membuat bisnis yang dijalani Syamsiah berkembang pesat dibanding saat berjualan di pasar. Kini ia mampu mengantongi omzet hingga puluhan juta rupiah dari berjualan di media sosial. Ia pun memutuskan menutup toko di pasar dan fokus dengan strategi marketing live commerce di Facebook dan Tiktok dari rumah.
Saat ini Syamsiah rutin melakukan live di media sosial tiga kali sehari di jam-jam tertentu di pagi hingga malam hari.
“Jam 10-12 itu kita live siang, terus kita lanjut jam 2-4 sore. Kalau malam kita live di jam 8 atau jam 9, biasanya kita live dengan durasi 2 jam,” terangnya lagi.
Meski demikian, tak sedikit juga kendala-kendala yang didapatkan dengan strategi marketing ini. Kendala paling utama ada koneksi jaringan yang sesekali buruk dan menghambat proses live streaming.
“Kadang banyak penonton tapi komentarnya sedikit. Beberapa kali juga akun jualan terkena spam dari facebook karena terlalu banyak yang membagikan video livenya,” kata Syamsiah terkait kendalanya sejauh ini.
Syamsiah hanya satu dari sekian banyak pebisnis yang mendulang cuan dari live streaming. Berdasarkan data Statista, total transaksi yang diperoleh melalui kegiatan social commerce di Tanah Air diproyeksikan mencapai US$25 juta atau setara Rp3,7 triliun pada 2022. Hal itu menjadi peluang besar bagi para pelaku usaha dalam memanfaatkan media sosial, termasuk strategi live streaming.
489 Komentar