RT - readtimes.id

Balada Pertahanan Negeri Seribu Pulau

Readtimes.id — Isu keamanan mencuat di awal tahun, pasca ditemukannya seaglider di wilayah perairan Selayar Sulawesi Selatan oleh nelayan setempat.

Belum diketahui siapa pemiliknya hingga kini, karena tak ditemukan petunjuk apapun pada badan benda yang diketahui mirip rudal itu untuk mengungkap identitas pemilik.

Banyak pihak yang menduga bahwa seaglider tersebut milik China yang sengaja di pasang di perairan Indonesia, bila mengacu pada penemuan pertama benda sejenis di wilayah Bintan, Kepulau Riau dimana terdapat aksara China yang bertuliskan nama China Shenyang Institute of Automation, Chinese Academy of Sciences di badan benda tersebut.

Seperti yang diketahui penemuan di perairan Selayar adalah penemuan ketiga setelah sebelumnya juga ditemukan di perairan Madura. Hal ini pun lantas mengundang tanya bagaimana sebenarnya kemampuan dunia pertahanan kita hingga tak dapat mendeteksi keberadaan benda-benda nirawak ini sejak dini.

Mengutip pernyataan Wakil Menteri Pertahanan Sakti Wahyu Trenggono saat berdiskusi dengan awak media yang dilaporkan oleh media kompas, bahwa sistem alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang dimiliki tiga matra TNI sejatinya belum memenuhi kekuatan pokok minimum atau minimum essential force (MEF).

Bahkan pengadaan program pembangunannya –MEF, baru saja dimulai pada tahun 2009 , dan baru mulai mendapatkan perhatian serius ketika lima tahun terakhir. Dan khusus untuk kekuatan pembangunan alutsista TNI bahkan baru sampai di angka 63,19 persen dari target 75,54 persen pada tahun 2019. Sangat minim

Hal ini semakin diperparah ketika Covid 19 yang mengharuskan Kementrian Pertahanan melalui Perpres No 54/2020, merealokasikan anggaran sebesar 9,97 Triliun untuk penangan Covid – 19, sehingga hanya meyisakan sekitar Rp 122 triliun saja. Dan ini sangat jauh dari angka ideal anggaran pertahanan Indonesia yang bermain di kisaran angka Rp180 triliun- 210 triliun. Sehingga dampaknya juga berimbas pada pengadaan alat utama sistem persenjataan ( alutsista) TNI di tiga matra ( Darat, Laut, Udara).

Selanjutnya adalah jumlah armada angkatan laut Indonesia yang juga masih rendah , bahkan di bawah negara tetangga yaitu thailand menurut data dari Global Fire Power. Dimana Indonesia hanya memiliki 282 aset yang terdiri dari 7 fregat, 24 korvet, 5 kapal selam, 10 penyapu ranjau, 156 kapal. Sementara Thailand memiliki 292 aset yakni 1 kapal induk, 7 fregat, 7 korvet, 5 penyapu ranjau, 238 kapal patroli. Ini tentu tak sebanding dengan luas wilayah perairan yang dimiliki masing-masing negara

Melihat ini tentu wajar jika kepanikan terus terjadi setiap kali benda nirawak asing ditemukan di perairan Indonesia, yang kemudian selalu disandingkan dengan isu pertahanan. Karena sejatinya kekuatan pertahan Indonesia belum siap dan bahkan belum mampu mencapai angka dasar kekuatan pokok. Belum lagi ketika isu belanja alat pertahanan masih selalu saja disandingkan dengan isu kesejahteraan masyarakat.

Pada akhirnya buat apa perut kenyang, jika hati selalu was-was

Ona Mariani

Tambahkan Komentar

Follow Kami

Jangan biarkan infomasi penting dan mendalam dari kami terlewatkan! Ikuti sosmed kami: