Judul : Taman-taman di Jawa
Penulis : Denys Lombard
Penerjemah : Arif Bagus Prasetyo
Penerbit : Komunitas Bambu
Cetak : Pertama, Januari 2019
Tebal : xii+77 halaman
Taman menjadi ruang yang dirasa mutlak ada dalam pembangunan kota saat ini. Ia menjadi tempat di mana warga bisa berplesir bersama keluarga, melepas penat seusai bekerja, atau menikmati akhir pekan bersama handai tolan. Taman menjadi ranah sosiologis, juga politis di mana kebijakan penataannya diperhatikan dan dievaluasi oleh pemerintah.
Lalu bagaimana peran taman di masa lalu, di mana negara modern belum ada dan sistem kerajaan masih dijalankan? Pertanyaan ini diulas oleh Denys Lombard, sejarawan Perancis, yang banyak menulis tentang Indonesia. Melalui bukunya, “Taman-Taman di Jawa”, Lombard membawa kita kepada deskripsi ringkas namun terperinci terkait kondisi-kondisi taman pada masa lalu yang ada di pulau Jawa—juga sedikit taman di Bali dan Lombok.
Buku ini tipis saja, tanpa memiliki bab-bab pembahasan khusus tentang taman. Hanya berupa Kata Pengantar, Daftar Isi, lalu isi bab utama (Taman-Taman di Jawa), Catatan, dan Tentang Penulis. Bab utama pun bukan hanya berupa teks, namun pula berisi foto, peta dan denah taman-taman yang ada di beberapa titik di pulau Jawa. Sehingga, walaupun buku ini tipis namun proses pembacaannya bakal panjang dan (barangkali) penuh ‘petualangan’.
Secara garis besar, ada empat wilayah di Jawa dan di luar Jawa (Bali dan Lombok) yang ditelusuri keberadaan tamannya oleh Denys Lombard—Jawa Barat; pesisir utara Jawa; Jawa Tengah; Bali dan Lombok. Taman yang ditelusuri sejarahnya adalah Taman Ardi di Jawa Barat, bagian Istana Surosawan yang dibangun oleh Sultan Ageng pada sekitar abad ke-17, ada juga taman berkolam Dana Laya yang dibangun oleh Panembahan Seda ing Krapyak, taman Gading, dan taman perburuan. Satu taman yang terkenal juga dibahas—Taman Sari di area Kesultanan Yogyakarta yang masih terawat hingga kini. Lalu terakhir ada juga taman Taman Sriwedari di Surakarta.
Untuk taman yang ada di luar Jawa—Bali dan Lombok—Denys Lombard membahas sambil lalu keberadaan Taman Pesanggarahan Ujung di tenggara Bali yang masuk dalam kekuasaan kerajaan Karang Adem, dan Taman Narmada Lombok yang pernah dikunjungi oleh natutologis Inggris, Afred Russell Wallace.
Lalu apa fungsinya taman-taman di masa lalu ini? Denys Lombard menyimpulkan, taman-taman ini setidaknya memiliki dua fungsi: hiburan dan spiritual. Misalnya, Taman Sriwedari di Surakarta pernah menjadi arena hiburan rakyat pada masanya. Taman-taman lain ada yang arsitekturnya rumit melibatkan area bawah tanah tempat air melimpah ruah. Taman-taman ini dimaksudkan sebagai tempat bersemadi atau melakukan ritual bersifat spiritual.
Penggambaran Denys Lombard atas masing-masing taman nyaris serupa laporan saksi mata yang jeli. Bentuk arsitektural, suasana ruang, serta fungsinya berpadu membentuk narasi sejarah yang menarik dibaca. Lebih menarik lagi, Lombard menggunakan karya sastra di samping bahan sejaran lainnya seperti catatan orang-orang kolonial di masa lalu sebagai bahannya menelusuri keberadaan taman-taman tersebut.
Melalui buku tipisnya ini, Lombard juga seakan hendak mengatakan bahwa keberadaan taman di masa lalu Jawa memang khas kelas elit, sesuatu yang bukan dimaksudkan sebagai tempat hiburan yang sifatnya ‘hedonistik’, namun digunakan sebagai—sebagaimana telah dikatakan—tempat healing spritual.
Buku ini memang tergolong klasik (diterbitkan pertama kali pada 1969, dan baru diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan terbit pada 2019), namun masih dijadikan referensi terkait sejarah taman di masa lalu di Indonesia. Tentu saja ada yang nampak tidak up to date lagi, namun rincian deskripnya sangat berguna bagi pembaca umum juga peminat wacana arsitektur untuk memahami bagaimana dunia rancang-merancang ruang di masa lalu.
Tambahkan Komentar