Kabar duka akibat bencana yang setahun terakhir melanda Indonesia menjadi satu cerita yang tak mungkin kita lupa. Di tengah pandemi yang belum juga menemukan bab terakhirnya, kita disuguhkan berita korban akibat reaksi alam yang mengguncangkan bumi juga menyumbangkan air yang melimpah.
Uluran tangan satu persatu menjulur kepada mereka yang membutuhkan. Donasi dikumpulkan kemudian didistribusikan kepada sesama yang sedang kesulitan. Relawan kemanusiaan berbondong-bondong merapatkan barisan guna membantu mereka yang membutuhkan.
Jutadi Azis Sekretaris Jenderal PPI Tiongkok adalah salah seorang tenaga medis yang mendedikasikan dirinya untuk korban gempa Majene kemarin. Sebab mengapa ia kemudian terjun sebagai relawan adalah untuk membantu sesama.
“Pertama, saya akan bilang begini. Kenapa kemudian saya akhirnya tergabung dalam tim relawan gempa, alasannya bukan karena profesi namun karena saya manusia. Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan,” kata Jutadi.
Misi kemanusiaan ini kemudian sejalan dengan profesi yang ia geluti sebagai dokter. Tenaga medis adalah salah satu sub yang paling dibutuhkan pasca gemapa sebab korban tidak mungkin nihil saat bencana alam terjadi.
Lulusan Changsha Medical University yang kini sedang melaksanakan internship-nya di RS Awal Bross Makassar ini menempatkan diri di Kecamatan Malunda Kabuapten Majene.
“Posko kami ada di Malunda dan berpusat di Malunda. Namun kita tetap membagi beberapa titik sampai perbatasan Mamuju dan juga Mamuju untuk kemudian berbagi tugas dalam menangani pasien. Malunda menjadi posko pusat sebab daerah Malunda adalah salah satu daerah yang sangat minim tenaga medisnya, olehnya itu kami memusatkan posko kami di Malunda,” ujar Jutadi saat dikonfirmasi melau via telpon pada Jumat, 5 Februari 2021.
Jutadi melanjutkan, di hari ke-lima belas ia bersama tim bertugas, tiap harinya menangani Pasian sekitar 1.500-san pasien.
“Kebetulan, tim kami menangani terkait pemeriksaan tensi, tekanan, kolestrol dan beberapa penyakit general case seperti batuk, panas, diare dan sebagainya. Untuk peralatan medisnya sendiri kami menggunakan peralatan emergency case,” lanjutnya.
Untuk menutup cerita di balik tenda bencana, Jutadi Azis berbagi pengetahuan gempa yang ia petik dari musibah Majene kemarin.
“Yang paling penting, waspada,” serunya.
Gempa susulan bukan tidak mungkin terjadi. Edukasi tentang bagaimana menghadapi gempa nyatanya belum familiar dibeberapa daerah terkhusus di Malunda. Hal ini mengakibatkan kepanikan terhadap warga. Yang paling penting adalah segera mencari tempat aman ketika sudah ada gejala. Misalnya, ketika berada di dalam rumah ataupun gedung, berlindunglah di bawah meja agar tubuh tidak terkena benda-benda yang berjatuhan, lindungi kepala dengan beberapa alat dan sebagainya.
Sebab gempa bukan alarm pagi yang bisa disetel sesuka hati.
9 Komentar