RT - readtimes.id

All England dan Regenerasi yang Dinanti

Readtimes.id– Usai sudah gelaran All England 2022. Indonesia berhasil membawa pulang satu gelar juara dari turnamen yang diselenggarakan di Birmingham tersebut. Bahkan, sebelum pertandingan final digelar, Indonesia sudah dijamin bakal membawa pulang gelar juara.

Hal tersebut dipastikan lewat nomor andalan Indonesia, ganda putra yang berhasil mempertemukan dua pasangan Indonesia. Ahsan dan Hendra melawan juniornya, bukan, bukan Kevin dan Marcus Gideon, tapi Bagas Maulana dan Shohibul Fikri.

Nama terakhir benar-benar menjadi sensasi untuk penyelenggaraan All England tahun ini. Tampil sebagai debutan, keduanya segera tancap gas menumbangkan sejumlah nama besar. Mereka berhasil jinakkan ganda ranking satu dunia, Kevin Sanjaya dan Marcus Gideon sekaligus melanjutkan trennya di babak final saat kalahkan Mohammad Ahsan dan Hendra Setiawan dalam dua set langsung.

Gelar juara untuk Indonesia dalam pelaksanaan tahun ini sebenarnya bisa lebih cepat dipastikan andai ganda nomor 29 dunia yang sebelumnya kalahkan Fajar Rian, Leo Rolly dan Daniel Marthin tidak kalah dari ganda Tiongkok. Hal tersebut juga menjadi bukti bahwa dari sektor ganda putra, Indonesia tidak perlu mengkhawatirkan regenerasi.

Baca Juga: Bulu Tangkis Indonesia, Euforia Ala Kadarnya Hiasi Penantian 19 tahun

Namun, selain sektor ganda putra, Indonesia masih sulit menemukan konsistensi untuk bisa berprestasi di kategori lain. Sebut saja dari tunggal putra yang kesulitan untuk naik ke level yang lebih tinggi. Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie masih kesulitan menembus final turnamen.

Kondisi yang lebih mengenaskan dialami tunggal putri di mana pemain terbaiknya, Gregoria Mariska Tunjung masih kesulitan mendulang prestasi di panggung All England. Ia langsung keok dari An Seyoung di babak pertama turnamen bulutangkis tertua tersebut, walau baru saja memperoleh gelar juara di Badminton Asia Team Championship Februari lalu.

Bicara tentang regenerasi dari kelas ini barangkali masih akan mengandalkan sang tunggal putri terbaik Indonesia yang masih berumur 22 tahun tersebut. Calon pemain tumpua di nomor ini ada Putri Kusuma Wardani yang tengah berada di peringkat 78 BWF dan berada di usia 20 tahun.

Tidak hanya dari nomor tunggal yang cukup bermasalah dalam regenerasi, kelas ganda pun tidak kalah menyedihkannya. Pasalnya, ganda putri terbaik Indonesia, Greysia Polii sudah akan pensiun tahun ini dan akan berpisah dengan sang tandem, Apriyani Rahayu yang coba dipasangkan dengan Siti Fadia Silva Ramadhanti. Padahal, Siti Fadia sendiri pun sebenarnya punya peluang yang cukup baik bersama pasangannya, Ribka Sugiarto yang kini berada di peringkat 27 BWF.

Terakhir, dari nomor ganda campuran pun juga memiliki permasalahan dalam regenerasi pemain. Pemain terbaiknya, Praveen Jordan dan Melati Oktavianti sudah berusia 28 tahun. Sedangkan pasangan terbaik kedua, Hafiz Faizal dan Gloria Emanuelle Widjaja bahkan berusia lebih tua. Praktis, hanya Rinov Rivaldy dan Pitha Mentari yang dapat menjadi harapan selanjutnya dari nomor ini, mengingat usia keduanya saat ini masih 22 tahun.

Urusan regenerasi di sektor ganda putra barangkali tidak menjadi masalah. Namun, awetnya nomor tersebut menghasilkan prestasi seharusnya bisa diduplikasi formulanya untuk diterapkan juga di nomor lain yang terkadang hanya bertumpu pada satu atau sepasang pebulutangkis saja. Hal ini tentunya menjadi tugas besar bagi federasi, mengingat bulutangkis adalah salah satu olahraga yang menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia sedari dulu.

Penulis: Jabal Rachmat
Editor: Ramdha Mawaddha

Jabal Rachmat Hidayatullah

Tambahkan Komentar

Follow Kami

Jangan biarkan infomasi penting dan mendalam dari kami terlewatkan! Ikuti sosmed kami: