Readtimes.id– “Ready semuanya?”
Demikianlah acara konferensi pers dimulai pada Senin, 1 Februari 2021 oleh Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di Taman Politik Wisma Proklamasi Jakarta. Berlatarkan warna biru serta tulisan DEMOKRAT Berkoalisi Dengan Rakyat AHY menyampaikan beberapa hal yang dianggap perlu diketahui publik.
Dengan gaya tenang nan tegas, ia menyapa para hadirin sekalian. Bertutur sapa lalu mengenalkan tiga pejabat partai yang berada di belakang mimbar tempat ia berpijak. Disampaikanlah beberapa hal terkait kondisi Indonesia hari ini yang sama-sama kita tahu sedang kurang baik.
Setelahnya, AHY secara terbuka menyatakan hal yang kini jadi konsumsi hangat oleh khalayak umum. “Adanya gerakan politik yang berupaya mengambil alih kepemimpinan partai Demokrat secara paksa yang kemudian mengancam kedaulatan dan eksistensi Partai Demokrat,” jelas AHY saat konferensi pers berlangsung yang disiarkan di kanal YouTube miliknya.
Seperti yang nampak hari ini, pernyataan tadi menjadi perbincangan hangat di media. Isu kudeta kemudian merebak kemana-mana. Ada yang mendukung juga mengkritik. Satu persatu mengeluarkan pendapat dan memprediksi siapa nama dibalik pernyataan AHY. Apalagi pernyataan tersebut menyentuh pihak dari dalam lingkup yang sedang berkuasa.
Pengamat Politik Unhas Andi Naharuddin berpendapat bahwa pernyataan AHY sebenarnya agak terlalu “baper” alias terbawa perasaan.
“Saya rasa, terlalu bawa perasaan atau kesannya seolah dibuat-buat. Kalau pak AHY percaya diri, tidak usah diekspose ke publik. Jika percaya diri maka dia tidak perlu khawatir kehilangan dukungan” jelasnya kepada tim readtimes.id pada 3 Februari 2021
Ia melanjutkan, harusnya AHY dalam hal ini partai Demokrat tidak perlu menjadi khawatir akan intervensi dari luar. Yang perlu dilakukan adalah penguatan institusional partai. Komunikasi dan koordinasi terus dijaga sehingga hubungan internal mampu bertahan tanpa khawatir kehilangan dukungan.
“Secara teoritis, partai harus mengedepankan pendekatan institusional. Kalau itu diperkuat secara internal dan eksternal (organisasi) akan mengembalikan roh partai itu sendiri” lanjut Nahar kemudian.
Jika demikian, partai politik hari ini tidak lagi bergelut dengan masalah pribadi di internalnya. Stigma buruk yang kerap kali disematkan perlahan sirna dari permukaan. Sebab partai akhirnya mampu menjalankan fungsi mereka sebagai pilar demokrasi yang membawa kepentingan rakyat seperti penggalan kalimat Partai “berkoalisi dengan rakyat,”.
Sebab partai politik bukan event organizer yang muncul ketika perhelatan besar digelar.
Tambahkan Komentar