Judul : The Dog Who Dared to Dream
Penulis : Hwang Sun Mi
Penerbit : baca
Tahun Terbit : Agustus 2020
Tebal : 258 hlm
Pernahkah kalian menonton film Hachiko, yang berkisah tentang anjing jantan yang ditinggal mati oleh pemiliknya, tapi dia tetap setia menunggu di depan stasiun kereta api, berhari-hari hingga ia meninggal dunia? Nah, kisah dalam novel-fabel berjudul “The Dog Who Dared to Dream” akan mengingatkan kita pada kisah Hachiko yang mengharukan itu. Tapi tidak persis sama, novel ini akan membuat kita merenungkan arti persahabatan.
“The Dog Who Dared to Dream” ini adalah salah satu karya terbaik penulis Korea, Hwang Sun-Mi. Buku lainnya berjudul “The Hen Who Dreamed She Could Fly”, juga bercerita tentang kehidupan binatang atau fabel yang tidak kalah mengharukan. Bukunya terjual jutaan copy di seluruh dunia.
Ketika membaca buku ini, saya seperti dibawa mengikuti kehidupan anjing Bulu Panjang dan Tuan Pita Suara. Bulu Panjang adalah panggilan untuk anjing hitam ras sapsali. Tuan Pita Suara adalah pemiliknya, seorang kakek-kakek yang kerja serabutan. Secara garis besar buku ini ingin berbicara tentang persahabatan anjing-anjing dan manusia, dengan segala suka maupun dukanya. Bagaimana anjing melihat konflik manusia, dan bagaimana manusia melihat konflik anjing, dalam buku sepanjang 258 halaman ini dikisahkan dengan sangat mengharukan tapi juga kocak.
Di buku ini, kalian akan berhadapan dengan beberapa fase. Yaitu ketika Bulu panjang dan saudara-saudaranya lahir. Saat itu perekonomian Tuan Pita Suara menipis, dia berpikir untuk menjual anak-anak anjingnya. Namun sebelum terjual, ternyata anak-anak anjingnya diculik oleh penjual anjing, kecuali Bulu Panjang karena tidak memakan makanan asing yang diberikan oleh penjual anjing. Sedangkan Ibu Bulu panjang mati karena keracunan.
Bulu Panjang yang menjadi kesepian, untungnya dia bertemu dengan cucu pemiliknya yang bernama Dong Yi, dia seorang anak laki-laki yang senang bermain dengan Bulu Panjang. Sayangnya, Dong Yi hanya ada ketika orang tuanya datang ke tempat Tuan Pita suara. Dia hanya ada di saat-saat tertentu. Bulu Panjang kemudian mencari teman di luar wilayahnya, bertemu dengan anjing-anjing komplek yang membullynya, bertemu pula dengan Anjing Putih yang menyelamatkannya. Anjing Putih sebagai cinta pertama Bulu Panjang, sehingga Bulu Panjang dapat hamil.
Namun ketika Bulu Panjang hamil, dia tidak bertemu dengan Anjing Putih. Bukan karena tidak ingin menemui, tapi memang karena Anjing Putih yang senang mengembara. Bulu Panjang berhasil melahirkan, walau banyak hal yang telah dia lalui, dia senang melihat anak-anaknya yang mengelilinginya.
Masalah perekonomian lagi-lagi melilit Tuan Pita Suara, yang mana harus mengorbankan anak-anak Bulu Panjang untuk dijual. Dengan segala drama yang dilalui, Tuan Pita Suara menyisakan satu anak Bulu Panjang bernama Gori. Berikutnya, hadir hewan baru yang dibawa anak Tuan Pita Suara: seekor ayam yang bernama Kakak Ipar. Kakak Ipar sangat tangguh, namun suka melukai hewan-hewan yang mengganggunya. Membuat Bulu Panjang dan Gori tidak enak hati karena perlahan-lahan justru Kakak Ipar yang sering mengganggu mereka.
Perekonomian yang semakin menyusut dan Kesehatan Tuan Pita suara semakin parah, membuat Bulu Panjang dan Gori sendirian di rumah. Pada akhirnya Gori dijual agar tidak menghabiskan biaya makanan, Bulu Panjang pun kesepian lagi. Dia harus menunggu Tuan Pita Suara kembali dari rumah sakit. Pada akhirnya Tuan Pita Suara mati, dan Bulu Panjang pun meninggal tak lama kemudian.
Bagian yang paling unik adalah ketika si kucing yang senang lewat hanya untuk mengomentari kekayaan Bulu Panjang. Bulu Panjang tidak suka si kucing karena kucing itu selalu sok tahu dengan segala hal dan pernah melukai anak-anaknya. Namun, sebelum kucing itu mati, keduanya bersahabat—menjadi sahabat sejati.
Suasana cerita ini memang sedih dan dominan pada penderitaan. Keluarga Tuan Pita Suara yang kompleks dengan permasalahannya. Anjing-anjing tidak begitu memahami permasalahan yang seperti itu, namun mereka tahu itu baik atau buruk, insting yang mereka pakai kebanyakan tepat. Sedangkan Tuan Pita Suara tidak begitu peka dengan permasalahan anjing-anjingnya, walaupun dia tahu, dia tetap tega menjual anjing-anjingnya demi keberlangsungan hidupnya.
Walau begitu, hubungan kedua makhluk ini sangat erat seperti keluarga.
Tambahkan Komentar