RT - readtimes.id

Daisy, Si Gadis Manis Korban Sistem Sosial Feodal Amerika

Judul        : Daisy Manis

Penulis    : Henry James 

Penerbit    : Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)

Tahun Terbit    : Agustus 2016   

Tebal        : 93 halaman

Novel ini saya selesaikan dalam sekali duduk ditemani secangkir kopi hangat. Saya menyelesaikan satu buku tipis ini selama satu jam. Judulnya, “Daisy Manis”, ditulis oleh Henry James dari New York, dan telah difilmkan. Buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh sastrawan kondang Indonesia, Sapardi Djoko Damono. Jadi dijamin terjemahannya oke punya. Saya sangat menikmati novel super pendek ini.

Buku yang pertama kali terbit pada 1878 ini mengasyikkan sekali. Narasinya mengalir sangat lembut. Tidak pakai teka-teki, tidak ada misteri-misteri. Bahasanya super sederhana. Tidak bikin kepala saya pusing, pokoknya.

Ceritanya sederhana, tapi berhasil membuat saya mendapatkan informasi baru tentang karakter sosial Amerika di masa lalu. Saya baru tahu orang Amerika juga feodal, masyarakatnya membagi diri ke dalam berbagai tingkatan kelas sosial, memegang teguh adat dan perilaku, dan saling gunjing serta bergosip satu sama lain.

Gambaran perbedaan nyaris hitam putih antara yang kaya dan yang menengah ke bawah dilukis secara jelas. Masyarakat Amerika mengatur pola interaksi dan komunikasi antar dan sesama kelas sosial secara kaku. Seperti yang kita saksikan dalam novel ini, di mana ketika salah satu tokohnya mencela tindakan satu keluarga yang memperlakukan pesuruhnya sebagai sahabat karib.

“Oh ibunya sama saja! Mereka memperlakukan pesuruh itu sebagai sahabat karib- sebagai seorang yang terhormat. Aku bertanya-tanya, barangkali pesuruh itu juga makan bersama-sama mereka. Mungkin sekali mereka memang belum pernah bergaul dengan pria yang punya sopan santun, yang berpakaian rapi dan bagus, yang nampak bagai lelaki terhormat. Barangkali saja pesuruh itu sesuai benar dengan angan-angan si gadis tentang seorang pangeran. Ia duduk bersama mereka di petamanan, di waktu sore hari. Aku kira pesuruh itu juga merokok”.    

Latar cerita ini mengambil tempat di Eropa, tapi tokoh-tokohnya fokus pada orang Amerika. Jadi bisa dikatakan novel ini kisah tentang orang-orang Amerika yang sedang berada di Eropa (tokoh-tokohnya datang berlibur), juga sekaligus perjumpaan budaya Amerika dan Eropa yang masih kolot. Kisah pergulatan dan pertarungan kelas sosial sesama bangsa Amerika digulirkan dengan tajam oleh penulisnya. 

Nah, tersebut lah si Daisy Miller, tokoh sentral kita dalam novel ini. Dia perempuan cantik jadi pusat perhatian yang jadi korban sistem sosial sejenis yang disebut di atas. Dia, si Daisy ini, sebetulnya berasal dari keluarga terpandang, namun beberapa orang kaya Amerika lainnya, seperti bibi Costello, bibinya si Winterbourne (laki-laki yang jatuh cinta setengah mati pada Daisy), menganggap keluarga Daisy itu rendahan. Dia melarang ponakannya bergaul–apalagi sampai jatuh cinta–dengan Daisy dan keluarganya. Kejam amat ya.

Daisy itu perempuan yang senang bergaul dengan siapa saja. Dia polos, murni, dan lincah, apa adanya pokoknya. Kedekatannya dengan beberapa pria, khususnya dengan si Giovanelli orang Roma, disalahpahami, dianggap tak tahu adab, sebab itu jadi bahan gosip dan pergunjingan sesama bangsanya yakni Amerika. Ia dinilai telah bertindak keterlaluan dan melanggar norma dan sopan santun.

Endingnya menyakitkan. Si Daisy meninggal karena sakit berat. Duh. Saya bayangkan Daisy di zamannya dengan segala karakter feodalnya memang sangatlah berani. Saya rasa sulit bagi pembaca untuk tidak jatuh cinta dan bersimpati kepada tokoh utama kita ini. dengan segala kemurnian dan kepolosannya, dia secara tidak langsung melawan hukum sosial masyarakat yang mengkotak-kotakkan manusia.  

Saya merasa lewat novelnya ini si penulis Henry James barangkali hendak menelanjangi dan mengkritik sistem sosial orang Amerika pada saat itu. Lewat novel tipisnya ini Henry memperkenalkan kita pada semangat zaman yang sepertinya pada abad 19 di mana aturan patriarkis masih sangat kuat dan mencengkeram masyarakat.

Sampai di sini saya berefleksi tentang keadaan masyarakat Amerika (dan sedikit gambaran kondisi sosial Eropa) kala itu yang nampak menemukan kemiripannya dengan kondisi masyarakat kita di timur sini, dalam hal ini masyarakat nusantara. Citra Amerika sebagai bangsa yang liberal saat ini ternyata dulunya ketat mengatur pola interaksi kelas sosialnya.

Novel ini memang klasik, tapi menarik!

Dedy Ahmad Hermansyah

1 Komentar

Follow Kami

Jangan biarkan infomasi penting dan mendalam dari kami terlewatkan! Ikuti sosmed kami: