RT - readtimes.id

Sembilan Kisah Kucing yang Bakal Membuatmu Terhibur

Judul        : Gerombolan Kucing Bandel, 9 cerita Kucing dari 9 Penulis Dunia

Penulis    : E Nesbit, dkk.

Penerbit    : Pojok Cerpen

Tahun Terbit    : Agustus, 2021   

Tebal        : x+212 hlm  

Jika kamu pecinta kucing dan pembaca cerita pendek, ini ada buku cerpen mengasyikkan dan sangat menghibur buat kamu. Judulnya: “Gerombolan Kucing Bandel, 9 Cerita Kucing dari 9 Penulis Dunia”. Membaca sembilan cerita pendek di dalamnya, menurut saya, seakan menikmati sambal dabu-dabu kesukaan saya: ada asin, manis, kecut, dan pedas, dalam satu paduan rasa. 

Saya sudah membuktikannya. Sabtu pagi pekan ini, panik karena tak ada stok review buku yang mesti saya buat untuk laman readtimes.id,  saya awalnya iseng mengambil buku cerpen bersampul latar putih ini, dari rak buku di kamar saya. Ya Tuhan, tak sadar saya jatuh tenggelam lebih dalam ke dalam sembilan arus cerita di dalamnya. Dalam waktu sekitar tiga jam lebih, saya berhasil menuntaskan buku ini yang berjumlah 212 halaman. 

Selama membaca buku yang mengasyikkan ini, yang diterjemahkan dengan sangat lincah oleh Endah Rahardjo, untuk mengusir kantuk ringan yang datang menggelayut di pelupuk mata, saya bolak-balik dari kamar ke ruang perpustakaan, duduk di sofa hitam lalu beralih ke kursi bambu di ruang tamu, sambil sekali-sekali bermain bola pingpong di ruangan tengah bersama empat kucing kecil saya (saya punya enam kucing, duanya sudah dewasa, dan enggan untuk bergabung dan memilih tidur di atas karpet beledru hitam dalam ruangan perpustakaan).        

Dan, tuntas dari buku itu, saya menata perasaan, dan mulailah saya menuliskan ini. 

Di dalam buku ini, sebagaimana tertebak dari judul sampul, memang ada sembilan cerita pendek tentang kucing yang ditulis oleh Sembilan penulis sohor dunia. Ada E. Nesbit (Maurice Menjelma Kucing); Sir Arthur Conan Doyle (Kucing Brazil); Edgar allan Poe (Kucing Hitam); Fritz Leiber (Gummitch Si Kucing Super); Angela Carter ( Kucing Bersepatu Bot); Rudyard Kipling (Si Kucing yang Berkelana Sendirian); Italo Calvino (Gerombolan Kucing Bandel); Saki-Hector Hugh Munro (Tobermory); dan Ursula K. Le Guin (Kucing Schrodinger).

Secara keseluruhan cerpen dalam buku ini, membawa saya pada nuansa gelap dan murung (contohnya pada “Kucing Brazil” dan “Kucing Hitam”), suasana dongeng yang menghibur dan menggemaskan (“Si Kucing yang Berkelana Sendirian”), pertentangan alam dan kota (“Gerombolan Kucing Bandel”), juga aroma sains yang canggih (Kucing Schrodinger”). Sisanya tetap memberikan warnanya sendiri-sendiri.

“Kucing Hitam”, salah satu cerpen paling terkenal Edgar Allan Poe, sebetulnya sudah pernah saya baca lebih dari sekali. Namun dalam pembacaan kali ini nuansa gelap beraroma psikologi ini masih tetap mampu membuat saya merinding. Tokoh ‘aku’ yang alkoholik dan temperamen ini mengubur istri bersama kucingnya di balik tembok rumahnya sendiri. Nuansa serupa saya temukan dalam “Kucing Brazil” yang berkisah tentang seorang laki-laki yang dijebak oleh sepupunya sendiri bersama seekor kucing hitam besar yang buas, didorong oleh persoalan harta warisan.  

Namun nuansa jadi ceria dan kocak saat tiba pada cerita “Kucing Bersepatu Bot”. Judulnya mengingatkan saya pada film kartun berjudul “Puss in Boots” yang menampilkan kucing sewarna jeruk yang jago berdansa ala spanyol. Di cerita ini saya tertawa-tawa menyaksikan gelagat si kucing dalam membantu tuannya yang mantan perwira dalam upaya mendapatkan kekasih hati saat sedang jatuh cinta.

Nuansa kembali beralih ke dalam perenungan dan pemanjaan pada dongeng dan kehidupan perkotaan. Pernahkah kamu berimajinasi bahwa tingkah kucing yang semau-maunya dan berlagak seperti majikan itu sebetulnya ada sejarahnya di masa lalu? Dalam cerita “Si Kucing yang Berkelana Sendirian” menawarkan saya dongeng jenis itu. Dalam cerita ini dikisahkan perjanjian banyak hewan kepada dua manusia yang tinggal dalam gua (yang saya tafsirkan sebagai Adam dan Hawa) setelah mendapatkan pelayanan dari dua manusia tersebut. Nah, sejarah kucing yang kemudian bebas makan dan minum di rumah kita, bahkan dengan rela kita layani, sampai si kucing yang gemar mengejar tikus itu ternyata ada pembenarannya dalam sejarah—yakni dari perjanjiannya dengan dua manusia pertama tadi. 

Kisah perenungan juga saya dapatkan pada “Gerombolan Kucing Bandel” yang berkisah tentang satu taman dalam satu petak bangunan milik janda bangsawan yang sudah tua tapi kaya raya. Taman itu dihuni oleh kucing-kucing. Cerita yang ditulis dengan gaya khas narasi penulis Itali ini, Italo Calvino ini, membawa saya pada perenungan bahwa betapa dunia kota tidak adil pada binatang dan makhluk lainnya. Manusia hanya peduli pada beton, beton, dan beton. Nah, yang menarik pada cerita ini, saat si janda meninggal dan tempat itu dirobohkan untuk dibangun satu proyek besar, kucing-kucing berulah membuat kekacauan untuk menggagalkan rencana tersebut.  

Terlalu panjang dan kelewat batas saya melakukan tindakan spoiler ini. Saya sarankan kamu membacanya langsung buku ini, mumpung belum ada genap tiga bulan buku ini statusnya sebagai buku baru—terbit pertama kali Agustus 2021. Jadi masih segarlah. 

Jadi, sekali lagi, jika kamu pecinta kucing dan pembaca cerita pendek, buku ini bakal cocok buatmu. Panggil kucingmu, dudukkan dia di atas pahamu—dan mulailah membaca!   

Avatar

Dedy Ahmad Hermansyah

Tambahkan Komentar

Follow Kami

Jangan biarkan infomasi penting dan mendalam dari kami terlewatkan! Ikuti sosmed kami: