RT - readtimes.id

Gagalnya Pendidikan Keluarga Jadi Pemicu Kekerasan Remaja 

Readtimes.id– Kasus kekerasan yang belakangan kerap menampakkan remaja sebagai pelaku tidak terlepas dari sejumlah faktor, salah satunya adalah gagalannya pendidikan dalam keluarga. 

Hal ini dapat dilihat dalam kasus yang melibatkan anak putra pejabat pajak yang viral akhir-akhir ini. Belakangan, media tidak hanya mengungkap proses kekerasan itu terjadi, melainkan juga perilaku suka pamer kemewahan serta sikap yang tidak menunjukkan rasa bersalah terhadap korban. 

Sosiolog keluarga Universitas Hasanuddin, Nuvida Raf, mengungkapkan bahwa hal ini terjadi karena ada semacam perubahan cara asuh dalam keluarga seiring dengan perkembangan teknologi digital.

Nuvida Raf (Arsip Pribadi)

Hal ini dapat dilihat dari pemberian gawai kepada anak ketika para orang tua sibuk dengan aktivitas di luar, dibandingkan dengan menitipkan mereka ke kakek, nenek ataupun anggota keluarga lainnya. Hal tersebut membuat mereka lebih dekat dengan gawai dengan potensi kehadiran konten-konten yang belum tentu mendidik dan tak jarang menampilkan adegan kekerasan. 

“Mereka yang pada dasarnya masih dalam masa mencari identitas karena tidak mempunyai role model akhirnya meniru apa yang biasa mereka tonton, termasuk dalam kekerasan yang mereka pandang menjadikan mereka sebagai sosok yang lebih jantan dan dewasa,” ujar Nuvida pada Readtimes, Kamis 2 Maret 2023.

Hal ini semakin membentuk karakter mereka ketika di dalam pergaulan pun para teman sebayanya memberikan pengakuan atau pujian atas tindakan kekerasan yang mereka lakukan kendati hal tersebut bertentangan dengan hukum.

Baca Juga: Generasi Muda dan Aksi Kekerasan yang Kian Marak

“Mereka yang di dalam rumah tidak ditanamkan nilai-nilai moral yang membentuk karakter, akhirnya ketika mereka keluar dari rumah mereka mudah terpengaruh oleh lingkungan yang memasang semacam standar. Termasuk standar laki-laki yang jantan itu adalah yang bisa menunjukkan bahwa mereka itu mempunyai kekuatan dan kekuatan itu dikonotasikan sebagai kekerasan” tambahnya. 

Oleh karenanya menurut Nuvida, untuk mencegah terjadinya kekerasan di kalangan remaja pada dasarnya sangat dibutuhkan  peran penting anggota keluarga terutama para orang tua sebagai sekolah dasar pertama sebelum anak bergaul dengan lingkungan sosialnya. 

Orang tua perlu beradaptasi dengan zaman, mengingat kondisi lingkungan dan persoalan yang dihadapi saat masa orang tua dulu dengan remaja sekarang  berbeda. Sehingga, perlu adanya penyesuaian dalam pola asuh

Adapun pola asuh yang menurut Nuvida tepat adalah pola asuh yang demokratis. Di sini, orang tua memberikan kebebasan pada anak, namun dalam kondisi yang sama mereka dituntut untuk bisa bertanggung jawab. Orang tua perlu memposisikan diri sebagai partner namun tidak menghilangkan wibawa mereka sebagai sosok yang perlu dihormati oleh sang anak, dengan demikian menurutnya orangtua dapat mengarahkan anak untuk membedakan mana yang baik dan tidak baik.

“Pola asuh yang sesuai dengan kondisi zaman itu membutuhakan kedewasaan orang tua. Menurut saya pola asuh yang baik diterapkan adalah yang demokratis. Kita harus menjadi partner curhatnya mereka tapi disisi lain tidak menghilangkan wibawa kita sebagai orang tua untuk dihormati anak dan ditiru olehnya” pungkasnya.

Baca Juga : Pentingnya Kurikulum Pendidkan Berbenah untuk Penguatan Moral Remaja

Nihlah Qolby

1 Komentar

Follow Kami

Jangan biarkan infomasi penting dan mendalam dari kami terlewatkan! Ikuti sosmed kami: