RT - readtimes.id

Giring, PSI dan Intermeso Politik

Readtimes.id– Kendati dikenal sebagai pendatang baru di panggung politik, Giring Ganesha eks vokalis band Nidji memiliki karir yang terbilang moncer. Bagaimana tidak, setelah bergabung dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Giring langsung didaulat menjadi calon Presiden pada Pemilu 2024. 

Tidak berhenti disitu saja, pada pertengahan November lalu Giring juga ditetapkan sebagai ketua umum PSI definitif, menggantikan Grace Natalie yang kini tengah melanjutkan studinya di Singapura. 

“Struktur pengurus sudah definitif, SK Kumham atau (Surat keputusan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia) perubahan sudah terbit,” demikian dikutip dari unggahan Twitter PSI. 

Hal ini terang menambah daftar kejutan yang dibuat partai pendukung pemerintah tersebut. Seperti diketahui, sebelum  ditetapkan sebagai ketua umum PSI definitif,  tepatnya masih pelaksana tugas, Giring sempat membuat heboh karena kritikan kontroversialnya  kepada Anies Baswedan. 

Lewat video yang diunggah di akun resmi media sosial PSI, Giring menyebut Anies sebagai pembohong. 

“Pura-pura peduli adalah kebohongan Gubernur Anies di tengah pandemi dan penderitaan rakyat. Titik rekam jejak pembohong ini harus kita ingat, sebagai bahan pertimbangan saat pemilihan Presiden 2024. Jangan sampai Indonesia jatuh ke tangan pembohong, jangan sampai Indonesia jatuh ke tangan Anies Baswedan,” demikian potongan pernyataan Giring dalam video tersebut. 

Menanggapi ini direktur Indonesia Political Opinion ( IPO ), Dedi Kurnia Syah, memandang bahwa apa yang ditampilkan Giring dan PSI sejauh ini merupakan manuver politik untuk meningkatkan popularitas partai.

“PSI dengan segala manuver politiknya masih fokus pada orientasi popularitas. Giring selama ini masih disimbolkan sebatas populer, belum sampai pada proses elektabilitas,” terangnya pada readtimes.id, Senin (29/ 11). 

Baca Juga : Elektabilitas Partai Versus Elektabilitas Aktor

Menurutnya Giring hanya dipilih untuk memantik popularitas, dan  bukan karena  kapasitas Giring dalam memimpin, seperti yang didengungkan oleh PSI selama ini. Karena menurut Dedi, jika fokusnya ada pada kapasitas, tentu Raja Juli Antoni jauh lebih mapan soal kualitas. 

“Artinya, Giring hanya ditempatkan sebagai ketua umum, sementara kendali organisasi masih tetap berada di kalangan senior PSI,” tukasnya. 

Lebih lanjut menurutnya dengan kondisi itu, peluang Giring di 2024 bukanlah bahasan serius, melainkan hanya sebatas intermeso politik.

Baca Juga : Partai Politik Indonesia dalam Jerat Oligarki dan Disfungsi

Ona Mariani

Tambahkan Komentar

Follow Kami

Jangan biarkan infomasi penting dan mendalam dari kami terlewatkan! Ikuti sosmed kami: