Readtimes.id– Jika benar digelar pada 2 Desember mendatang, maka ini keempat kalinya sudah reuni aksi 212 digelar usai kemunculannya pada 2016.
Seperti diketahui, gerakan ini muncul buntut dari pernyataan calon gubernur petahana dalam Pilkada DKI Jakarta yang digelar 2017 lalu . Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dianggap menistakan Islam.
Adalah Rizieq Shihab yang dikenal sebagai imam besar sebuah ormas bernama Front Pembela Islam menjadi tokoh sentral dalam gerakan ini, juga aksi-aksi reuni 212 setelahnya.
Begitu pula yang terjadi tahun ini, Rizieq Shihab lagi-lagi menjadi salah satu tokoh yang turut menyerukan reuni 212 setelah tahun lalu tidak berhasil digelar karena pandemi Covid-19.
“Ayo reuni alumni 212 titik. Ayo hadiri dan banjiri titik 2 Desember 2021,” kata Rizieq dalam seruannya yang dikutip Minggu 28 November.
Pakar politik Universitas Hasanuddin, Sukri, memandang bahwa motif reuni tahun ini tidak akan terlepas dari politik. Hal tersebut mengingat kemunculannya sejak awal adalah politik.
“Rasanya sulit memisahkan aksi reuni kali ini tanpa motif politik. Mengingat kemunculan mereka sejak awal juga mempunyai motif politik,” kata Supri saat dihubungi readtimes. id, Rabu (1/12).
Selain itu menurut pihaknya, gerakan ini juga bisa dibaca sebagai langkah untuk menunjukkan bahwa gerakan 212 masih eksis, meskipun tokoh utamanya Rizieq Shihab telah dipolisikan dan FPI juga telah dibubarkan.
Begitu pula sebaliknya, sebagai tokoh utama, melalui gerakan ini Rizieq juga dapat membuktikan bahwa meskipun dirinya ditahan, ia tetap memiliki pengaruh kuat bagi para pengikut-pengikutnya di dalam massa aksi 212.
Posisi Tawar 2024
Kendati tahun politik masih akan digelar dua sampai tiga tahun mendatang, namun gerakan para relawan ditambah munculnya sejumlah hasil survei membuatnya nampak datang lebih awal.
Menurut Sukri reuni ini sejatinya tidak terlepas dari agenda 2024. Dengan massa yang dimilikinya kelompok 212 ingin menunjukkan bahwa mereka masih memiliki kekuatan politik yang dapat diandalkan oleh para kandidat capres 2024.
“Ini tak lain juga bisa diartikan bahwa mereka dengan massa yang banyak masih memiliki posisi tawar di 2024,” terangnya.
Kendati demikian pihaknya belum bisa memprediksi kelompok ini akan berpihak kemana, mengingat peta politik hari ini masih sangat cair. Belum ada kepastian tentang sosok mana saja yang akan maju dan melalui partai mana.
Selain itu ketika ditanya mengenai kemungkinan isu agama maupun ras yang akan dimainkan kembali pada 2024, menurutnya itu tergantung situasi di 2024 nanti.
“Seperti kemarin misalnya isu agama dan ras bisa dimainkan karena menemukan momentum atau konteksnya yakni kasus Ahok, begitu pula dengan 2024 nanti, tinggal menunggu apa konteksnya,” pungkasnya.
Tambahkan Komentar