RT - readtimes.id

Gizi Anak Berpotensi Memburuk, Kenali Penyebab dan Risiko Stunting

Readtimes.id-  Angka stunting di tanah air masih relatif tinggi, yakni 27,6 persen pada 2019. Bahkan pada 2020 diperkirakan mengalami kenaikan lagi akibat pandemi Covid-19. Target tersebut diharapkan bisa turun hingga 14 persen pada tahun 2024 mendatang.

Penurunan stunting selama 5 tahun terakhir masih sekitar 1,6% per tahun.  Prediksi BKKBN menyebut dalam empat tahun mendatang setidaknya ada 20 juta bayi baru yang lahir. Jika angka stunting sebesar 27% maka kurang lebih 7 juta bayi berpotensi stunting.   

Data prevalensi balita stunting yang dikumpulkan World Health Organization (WHO), Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di regional Asia Tenggara atau South-East Asia Regional (SEAR). Rata-rata prevalensi balita stunting di Indonesia tahun 2005-2017 adalah 36,4%.

“Kalau kita tidak berbuat apa-apa, maka generasi anak Indonesia akan hilang, 1000 hari pertama sangat penting untuk kebutuhan gizi bayi. Apabila bayi tidak mendapatkan pertumbuhan baik, dapat merusak perkembangan fisik dan kognitif, lebih rentan terhadap penyakit, banyak mendapatkan rintangan di sekolah, obesitas hingga dewasa, dan rentan menderita penyakit jantung, diabetes dan penyakit regeneratif lainnnya,” ujar Hadrianti Lasari kepada readtimes.id, Selasa 26 Januari 2021.     

Stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Dapat dicegah dengan mendapatkan nutrisi yang baik. Pada saat kehamilan harus mengkonsumsi makanan sehat dan seimbang, berikan bayi ASI eksklusif selama 6 bulan pertama.  

Hadrianti H. D. Lasari., SKM., MPH selaku pengamat kesehatan masyarakat menganggap bahwa  perlu memperhatikan  1000 hari pertama kehidupan, meski sudah dikembangkan 8000 hari pertama kehidupan. Hal ini pentingnya memperhatikan pertumbuhan anak hingga remaja nanti.  Utamanya pemenuhan gizi pada usia  0 sampai 5 tahun,  pertumbuhan dan perkembangan-perkembangan anak sedang maksimal

Adapun 1000 hari pertama terdiri dari 9 bulan + 6 bulan + 18 bulan. Dimana 9 bulan anak masa tumbuh kembang, anak saat masih dalam kandungan, hingga saat anak sampai pada usia 2 tahun. Sebaiknya dalam kehamilan  mengkonsumsi makanan yang beragam, berwarna, menyenangkan, rendah garam, lemak, gula.

Umur 6 sampai 8 bulan, anak diberi MPASI berupa makanan saring atau lumat, umur 9 sampai 11 bulan anak diberi MPASI berupa makanan kasar/makanan keluarga yang dimodifikasi, umur 12-23 bulan MPASI berupa makanan keluarga seperti sup dan soto yang disesuaikan dengan anak.

MPASI yang diberikan mengandung makronutrien seperti karbohidrat, lemak, protein dan mikronutrien seperti air, vitamin, mineral.  

Status gizi merupakan gambaran dari keseimbangan antara nutrisi dan yang didapatkan oleh anak, yang memberi dampak dan pengaruh. Balita yang mengalami malnutrisi atau gangguan gizi bisa berdampak sangat berbahaya. Malnutrisi ada dua yaitu yang pertama, kekurangan dan kedua kelebihan.

Kekurangan malnutrisi pertumbuhan dan perkembangan terhambat, sehingga menyebabkan pada sekolah kemampuan belajar kurang dan pertumbuhannya lebih kecil dibandingkan teman-teman yang kebutuhan nutrisinya tercukupi.  

Sedangkan yang kelebihan malnutrisi akan menyebabkan masalah serius di kemudian hari, misalnya pada saat dewasa seperti adanya resiko gangguan hipertensi, jantung dan penyakit tidak menular lainnya.   

Gizi buruk disebabkan kekurangan karbohidrat, lemak dan protein yang dapat mengakibatkan kurus kering akibat atrofi jaringan, wajah keriput, perut cekung,  ada tanda dehidrasi. Meskipun kekurangan protein saja, bisa menjadi masalah yang serius, yaitu edema akibat hipoalbuminesia,  terlihat lebih gemuk, sering dermatosis akibat depigmentasi atau gatal-gatal, rambut kemerahan dan rontok.  

Masalah pertumbuhan yang kedua adalah masalah stunting, ditandai dengan masalah gizi kronis pada balita yang ditandai dengan tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan dengan anak seusianya. Faktor resiko stunting ditandai dengan  gizi buruk, infeksi berulang, stimualsi psikososial yang inadekuat

Dampak stunting jangka pendek peningkatan kejadian kesakitan dan kematian, perkembangan kognitif, motorik, dan verbal pada anak tidak optimal dan peningkatan biaya kesehatan. Dampak jangka panjang pada stunting adalah postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa, meningkatnya risiko obesitas dan penyakit lainnya, menurunnya kesehatan reproduksi, kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat masa sekolah, dan produtivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal.

Ona Mariani

1 Komentar

Follow Kami

Jangan biarkan infomasi penting dan mendalam dari kami terlewatkan! Ikuti sosmed kami: