Readtimes.id– Mendapat bola di sisi kanan lapangan, pemain Malaysia mendapat ruang tembak saat menghadapi Indonesia. Sayangnya, tendangan keras dari kaki kanan itu digagalkan lewat kepala kiper Indonesia. Setelah melakukan penyelamatan, sang kiper menampar-nampar wajahnya sendiri untuk menunjukkan ketangguhannya, dialah Muhammad Albagir, benteng akhir timnas futsal Indonesia.
Namanya seketika mendadak naik dalam turnamen futsal antarnegara Asia Tenggara tersebut. Tidak main-main, ia banyak melakukan penyelamatan gemilang untuk menjaga bersihnya gawang Indonesia dari kebobolan.
Berkat performa ciamiknya tersebut, akhirnya Indonesia bisa menapaki babak final untuk berhadapan dengan tuan rumah sekaligus juara bertahan, Thailand. Sempat unggul 2 gol terlebih dahulu, Albagir harus merelakan gawangnya kemasukan dua kali pada menit-menit akhir pertandingan, pertandingan dilanjutkan ke babak adu penalti.
Pada kesempatan pertama, ia salah membaca arah tendangan dari pemain Thailand. Pada percobaan keduanya, ia kali ini cukup lambat merespon tendangan dari Thailand. Ia pun digantikan oleh kiper lain untuk tendangan ketiga dan keempat yang akhirnya juga gagal diselamatkan.
Masuk kembali sebagai penjaga gawang pada tendangan terakhir pada laga final tentunya adalah beban berat. Demikian yang dirasakan Muhammad Albagir saat kembali dimasukkan oleh pelatih Hashemzadeh pada babak adu penalti saat Indonesia bersua Thailand. Sayang, ia gagal menghentikan bola masuk ke gawang, Indonesia harus berpuas diri jadi runner up.
Meski harus merelakan gawangnya kemasukan 5 kali pada partai puncak, 2 di waktu normal dan 3 di adu penalti, pemain keturunan Yaman tersebut tetap diganjar sebagai kiper terbaik. Penghargaan tersebut menjadi bukti seberapa signifikan peran seorang Muhammad Albagir dalam mengawal gawang Indonesia sebagai tembok akhir.
Menariknya, Albagir sendiri pada awalnya sempat tidak diizinkan untuk mengambil karier di bidang olahraga. Ia pada awalnya menyukai futsal dari sang kakak dan baru mengambil posisi kiper sejak masuk SMA. Meski kurang berprestasi di tingkatan sekolah, Bagir tetap rutin mengikuti kompetisi-kompetisi di tingkat regional.
Sempat mengambil kuliah di Jurusan Farmasi, Bagir -panggilan akrab Muhammad Albagir- akhirnya memutuskan ganti fakultas ke Manajemen, karena menurutnya, ia bisa menyeimbangkan antara berkarier di bidang futsal dan tetap berusaha menyelesaikan pendidikannya.
Meski pada awalnya tidak didukung orang tuanya, Albagir kini sudah berhasil membuktikan bahwa ia bisa cemerlang di dunia olahraga.
Pada usianya yang ke-24, selain jadi kiper terbaik dalam AFF Futsal Championship 2022 dan runner up di turnamen tersebut, ia juga berhasil membawa timnya, Black Steel Manokwari jadi juara liga futsal tahun ini.
Editor: Ramdha Mawaddha
1 Komentar