RT - readtimes.id

Kenalan dengan Vaksin Kanker Serviks Yuk!

Readtimes.id– Menteri Kesehatan mengumumkan di tahun 2023 vaksin kanker serviks akan menjadi salah satu vaksin wajib dan gratis. Hal tersebut menjadi angin segar terutama bagi para kaum wanita.

Vaksin kanker serviks merupakan vaksin yang berfokus pada virus HPV (Human Papillomavirus) tipe 16 dan 18, penyebab tersering kanker serviks. Di Indonesia terdapat dua sediaan, yaitu vaksin HPV yang bivalen (2 tipe virus, tipe 16 & 18) dan Quadrivalen( 4 tipe virus, tipe 6,11,16 &18).

Vaksin ini bukan hanya mencegah kanker serviks saja, tapi juga dapat mencegah jenis kanker atau penyakit kelamin lainnya. Hal tersebut juga dijelaskan oleh dr. Olivia Widyanti Budiman, Sp.OG.

“Banyak yg beranggapan vaksin HPV hanya dapat mencegah kanker serviks saja, padahal sebetulnya juga bisa mencegah penyakit yang disebabkan virus HPV juga seperti kanker penis pada laki-laki, vulva dan beberapa kutil kelamin,” jelasnya pada Readtimes.id (22/04).

Vaksin kanker serviks dapat diberikan kepada masyarakat mulai dari usia 9-45 tahun. Bagi masyarakat yang telah menikah atau mereka yang sudah seksual aktif, dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan HPV DNA atau pap smear terlebih dahulu untuk memastikan kondisi belum terinfeksi virus HPV, dan belum ada kelainan pada serviks.

Pap smear dilakukan untuk deteksi dini kanker serviks, yaitu dengan melakukan deteksi adanya lesi prekanker pada serviks. Pap smear dilakukan dengan cara usapan pada serviks menggunakan alat khusus, untuk mendapatkan sel-sel ektoserviks dan endoserviks yang kemudian diperiksakan di bawah mikroskop.

Pemeriksaan ini akan dapat melihat apakah ada kelainan pada sel serviks, bisa karena peradangan, kelainan yang berpotensi menjadi kanker atau sel serviks yang normal. Jika didapatkan sel yang berpotensi menjadi kanker, maka pasien akan diminta melakukan pap smear ulang dengan jarak 3-6 bulan.

“Idealnya dilakukan pemeriksaan HPV DNA atau minimal pap smear dahulu jika vaksinasi ingin diberikan pada mereka yang sudah seksual aktif untuk mengetahui kondisi sebelum vaksinasi,” ujar dr. Olivia Widyanti.

Pemberian vaksin kanker serviks dilakukan sebanyak tiga kali dalam rentang enam bulan. Setelah mendapatkan vaksin dosis pertama, dosis kedua akan diberikan satu bulan setelahnya. Kemudian, dosis ketiga diberikan lima sampai enam bulan setelah dosis kedua diberikan.

Idealnya, vaksinasi diberikan sesuai jadwal sebelum hamil. Jika terlanjur hamil sebelum menyelesaikan ketiga dosis vaksinasi, maka dosis ketiga dapat diberikan setelah persalinan. Akan tetapi, jika baru mendapatkan dosis pertama lalu kemudian sudah hamil, maka vaksinasi perlu diulang mulai dosis pertama setelah persalinan.

Perlu diketahui bahwa seseorang yang sudah terinfeksi virus HPV maka vaksinasi tidak efektif lagi memberikan perlindungan terhadap tipe virus HPV tersebut.

Selain itu, penerima vaksin juga tak perlu khawatir karena vaksin ini cukup aman dan belum ada laporan efek samping serius atau bersifat fatal. Beberapa efek samping yang mungkin timbul diantaranya adalah kemerahan, bengkak atau nyeri pada lokasi suntikan.

Terkait kebijakan pemerintah memberikan memberikan vaksin gratis, dr. Olivia mengatakan sangat baik, mengingat kanker serviks merupakan jenis kanker yang paling banyak mengakibatkan kematian dan kesakitan pada wanita.

Ia menambahkan, pemberian vaksinasi secara dini akan membantu mencegah terjadinya kanker serviks, meskipun tetap perlu dilakukan skrining rutin dengan pap smear untuk deteksi dini.

“Meskipun penting untuk dilakukan, namun saat ini cakupan vaksinasi kanker serviks memang masih sangat kecil karena biaya yang cukup tinggi. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah ini akan sangat membantu melindungi wanita Indonesia tentunya,” ujarnya.

Perlu diingat bahwa vaksin kanker serviks adalah salah satu langkah pencegahan, bukan berarti jika sudah melakukan vaksin, maka tidak akan terkena kanker serviks. Tentunya perlu edukasi lebih lanjut untuk menghindari faktor risiko kanker serviks dan skrining rutin dengan pap smear untuk deteksi dini adanya lesi prekanker.

Editor : Ramdha Mawaddha

Dewi Purnamasakty

1 Komentar

Follow Kami

Jangan biarkan infomasi penting dan mendalam dari kami terlewatkan! Ikuti sosmed kami: