RT - readtimes.id

Kesempatan di Balik Kekalahan

Readtimes.id- Papan skor menunjukkan 23-21, para pemain India berlarian masuk ke dalam lapangan memeluk Kidambi Srikanth, India sah menjadi juara Thomas Cup 2022 dengan menyudahi perlawanan Indonesia, 3 pertandingan langsung.

Kebersamaan Indonesia dengan Thomas Cup ternyata hanya berlangsung kurang dari satu tahun setelah merebutnya pada Oktober tahun kemarin. Berturut-turut, pemain India sukses kalahkan Anthony Sinisuka Ginting, pasangan Kevin Sanjaya dan Ahsan, serta menutupnya dengan mengalahkan Jonatan Christie.

Kekalahan ini tentunya bukan sesuatu yang diharapkan. Berstatus sebagai unggulan pertama dalam kejuaraan dua tahunan ini, Indonesia menderita 4 kekalahan dari 15 partai yang dijalani selama putaran grup, jumlah yang sama saat jadi kampiun tahun lalu. Perjalanan di babak delapan besar juga dilalui dengan mudah, mereka menaklukkan Tiongkok 3-0.

Baca juga: All England dan Regenerasi yang Dinanti

Memasuki babak semifinal, Indonesia sempat dibuat kesulitan menutup pertandingan setelah Jepang berhasil samakan kedudukan jadi 2-2, yang sebelumnya Indonesia unggul 2-0. Beruntung, Vito berhasil tampil tanpa celah di partai pamungkas untuk menyegel tiket final. Namun, performa hebat India berhasil membungkam Kevin Sanjaya dan kolega di babak final.

Kegagalan mempertahankan gelar ini pun menjadi sesuatu yang harus segera dievaluasi kembali. Sebab, seburuk-buruknya kekalahan, tiada yang lebih buruk dari kekalahan tanpa ada evaluasi. Sektor ganda putra Indonesia sedang pincang karena ditinggal Marcus Fernaldi Gideon yang berkutat dengan pemulihan cedera, sehingga Kevin Sanjaya terpaksa dipasangkan dengan Mohammad Ahsan saat babak gugur.

Meski akan ditinggal oleh ganda Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan yang sudah mendekati pensiun, praktis tak ada yang perlu dikhawatirkan di sektor ganda putra. Selain duet Minions, Indonesia masih punya duet Fajar dan Rian, tidak lupa pula ganda menjanjikan, Bagas-Fikri. Tak lupt ada kombinasi Pramudya Kusumawardana dengan Yeremia Rambitan yang baru saja menjuarai Badminton Asia Championships 2022.

Baca juga: Kolaborasi demi Prestasi

Ada Apa dengan Tunggal Putra?

Berbeda dengan ganda putra yang memang masih menjadi nomor andalan, tunggal putra terlihat sedang tidak baik-baik saja. Pemain terbaik Indonesia di nomor ini, Anthony Sinisuka Ginting mengalami kesulitan pada kejuaraan kali ini.

Selalu diturunkan sebagai pemain pertama dalam 6 pertandingan, Ginting hanya mampu mengambil 2 kemenangan. Adapun untuk Jonatan Christie, ia terpaksa mengakui keunggulan dua lawannya, Kenta Nishimoto dan Kidambi Srikanth yang sama-sama punya ranking BWF di bawah pemain yang akrab disapa Jojo tersebut.

Menurunnya performa Ginting menjadi salah satu sorotan pada gelaran tahun ini. Perkara mental diperkirakan jadi permasalahan utama pemain peringkat 5 dunia itu. Padahal, kehadiran dirinya sangat diperlukan dalam kejuaraan beregu.

Baca juga: Tak Sekadar Fisik, Jadi Atlet Butuh Mental!

Secara total, dalam kejuaraan Thomas Cup kali ini, tunggal putra menyumbang 59% kemenangan dari 17 kali bermain, berbanding 70% dari 10 kali main dari nomor ganda. Hal ini pun mengindikasikan ada yang perlu dibenahi dari sektor tunggal putra, salah satunya adalah keberanian untuk memberikan saingan kepada dua pemain terbaiknya, Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie.

Keduanya seringkali berhadapan di situasi sulit yang membuat mereka sukar konsisten di level teratas. Bahkan, Ginting terakhir kali menjadi juara di nomor perseorangan adalah pada Indonesia Masters di 2020 lalu. Jika berkaca dari ganda putra, ada tiga hal yang tidak dimiliki oleh para pemain di tunggal putra.

Pertama, pemain tunggal putra Indonesia tidak punya pemain senior yang dapat membimbing dan mendidik mereka, utamanya untuk yang berstatus sebagai pemain Pelatnas.

Baca juga: Taufik Hidayat dan Realita Asosiasi Olahraga Indonesia

Adanya Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan menjadi sosok yang penting dalam pengembangan pemain muda di sektor ganda putra. Meski tidak lagi berstatus sebagai pemain Pelatnas sejak 2019, mereka tetap diminta untuk membimbing para pemain muda dan memberikan tempaan secara mental kepada keduanya. Hal ini tidak dimiliki oleh tunggal putra yang absen sosok pemimpin dalam para pemain seniornya.

Kedua, pemain tunggal putra Indonesia kurang mendapat kesempatan bermain. Tiga pemain terbaik Indonesia di nomor ini, Anthony Sinisuka Ginting, Jojo, serta Vito total telah merasakan 34 turnamen resmi sepanjang kariernya. Jumlah yang cukup jomplang jika dibandingkan dengan Chico Wardoyo yang baru bermain 22 kali, padahal hanya terpaut satu tahun dengan Jonatan Christie. Hal yang berbeda dialami oleh duet Pramudya dan Yeremia yang sudah merasakan 27 turnamen resmi, meski keduanya masih berumur 22 dan 23 tahun.

Ketiga, ketiadaan pelatih untuk tunggal putra. Coach Irwansyah menjadi satu-satunya pelatih untuk tim tunggal putra Indonesia, itu pun hanya berposisi sebagai seorang asisten pelatih. Kehadiran pelatih tentunya bisa meningkatkan kenyamanan seorang pemain yang bermain di nomor tunggal, seperti yang pernah diungkapkan Emily Pluhar dalam Journal of Sports Science and Medicine, atlet yang bermain di nomor individu bisa menderita kecemasan atau depresi lebih tinggi daripada mereka yang turun di nomor beregu sehingga bisa menyebabkan masalah mental kepada mereka di nomor ini.

Bermodal hasil Thomas Cup tahun ini, sudah sepatutnya pihak Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) selaku asosiasi lebih berani memberikan kesempatan kepada para pemain muda untuk dapat memberi tekanan kepada Ginting dan Jojo agar bisa lebih berkembang. Di lain sisi, pihak asosiasi idealnya juga harus mencari pemain dengan jiwa pemimpin yang dapat membimbing para atlet di nomor ini.

Penyelenggaraan SEA Games dan Thomas Uber Cup yang bersamaan tahun ini seharusnya bisa menjadi momentum untuk mencari pemain potensial. Jika pemain muda dari sektor putri mampu unjuk gigi di gelaran Uber Cup, maka tidak ada salahnya untuk mengharapkan adanya pemain muda yang bisa unjuk gigi di gelaran SEA Games dari sektor putra.

Editor: Ramdha Mawaddha

Jabal Rachmat Hidayatullah

1 Komentar

Follow Kami

Jangan biarkan infomasi penting dan mendalam dari kami terlewatkan! Ikuti sosmed kami: