Readtimes.id– Panggilan kemanusiaan mengantarkan seorang Chensilya Kusumanarwasti ke salah satu daerah pedalaman di Sulawesi Tengah. Sebagai seorang dokter, ia memilih jalan mengabdikan diri di pelosok yang jauh dari gemerlap perkotaan.
Pada mulanya, dokter yang sering disapa Cheny ini tergerak untuk mengabdi di Puskesmas Bulagi, Kabupaten Banggai Kepulauan lantaran mendapat tawaran dari sejawatnya, ditambah daerah tersebut memang masih kekurangan tenaga kesehatan.
Selain itu, alasan utamanya karena mengabdi di pelosok membuat Cheny merasa lebih bermanfaat lantaran ilmu yang dipelajari selama menempuh pendidikan lebih dibutuhkan masyarakat setempat dibanding jika ia bekerja di perkotaan.
“Disana masyarakat sangat menghargai tenaga kesehatan, apalagi dokter, kita seperti diagung-agungkan karena seperti sesuatu yang langka, karena memang jarang dokter di sana, jadi sekalinya ada, mereka senang,” kata Chensilya pada Readtimes, Rabu 15 Maret 2023.
Bulagi merupakan salah satu kecamatan yang masih minim fasilitas pada tahun 2018. Saat memutuskan untuk mengabdi di daerah tersebut, Chensilya banyak mendapatkan pengalaman baru. Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi ini mengabdi selama tiga tahun di Bulagi, sejak 2018 hingga 2021.
Cheny menceritakan awal mula ia menginjakkan kaki di Bulagi. Dokter berusia 30 tahun ini awalnya kaget lantaran suasana di Bulagi sangat berbeda dengan kehidupan perkotaan. Salah satunya ketersediaan listrik yang sangat terbatas.
“Listrik hanya ada di pukul 6 sore hingga pukul 6 pagi, dan yang paling parah itu air,” ujarnya.
Soal air bersih, Cheny hanya bisa mengakses air PAM selama dua minggu sekali dan hanya bisa mengalir satu malam saja. Jadi, ketika musim kemarau tiba, akses air semakin susah.
“Kalau sudah musim kemarau itu saya cuma bisa berdoa biar turun hujan. Karena kemarin saya dapat musim kemarau, tidak ada air dan cucian sudah menumpuk tapi tiba-tiba hujan turun jadi saya mencuci di bawah pancuran hujan sambil hujan-hujanan,” cerita Cheny sambil tertawa.
Tak hanya itu, selama mengabdi berbagai tantangan pernah dilewati oleh dokter Cheny. Bahkan ia juga sering merasa kesepian karena aktivitas di Bulagi ketika sudah masuk pukul 6 sore sudah tidak ada. Hal itu membuatnya merasa ingin menyerah dan ingin pulang ke kotanya.
Selain itu, akses transportasi di sana pun masih sulit untuk dijangkau. Selain jalan yang rusak, ongkos untuk ke kota pun sangat mahal. Hal itu juga yang menjadi kendala ketika ada pasien yang butuh rujukan.
Tak sampai di situ, Cheny juga sempat terkendala ketersediaan jaringan internet. Meskipun jaringan internet sudah 4G, ketika listrik padam di siang hari, aksesnya juga akan susah.
Bukan hanya kendala infrastruktur, tantangan lain yang dialami Cheny ada pada masyarakat setempat.
“Kita masuk di sana ingin membawa perubahan, namun terkadang ada beberapa pegawai di puskesmas dan tokoh masyarakat yang menentang program-program yang dibawa,” terangnya.
Bersyukur, selama tiga tahun mengabdi di Bulagi, ia berhasil mengubah pola pikir masyarakat, khususnya bagi ibu hamil yang masih mempercayai dukun beranak. Hal ini karena edukasi kesehatan yang selalu diberikan kepada masyarakat dan pemerintah,.
“Dulu sewaktu awal mengabdi banyak sekali yang melahirkan di dukun beranak. Namun karena berhasil diedukasi, akhirnya sudah banyak yang melahirkan dengan menggunakan fasilitas kesehatan dan dibantu dengan tenaga kesehatan,” tambahnya.
Berbagai penyakit pernah ditangani Cheny selama mengabdi di Bulagi. Namun penyakit yang paling tinggi di sana adakah tuberkulosis (TBC). Selain itu penyakit-penyakit lain seperti hipertensi dengan komplikasi stroke, jantung, diabetes, lupus, kecelakaan lalu lintas, kejang demam pada anak, dan gizi buruk juga kerap terjadi.
Setelah pengabdian yang dilakukan Cheny di Bulagi, kini ia fokus praktik di RSUD Banggai, Sulawesi Tengah.
Meski sudah tidak mengabdi lagi, namun ia berharap banyak dokter-dokter lain yang bersedia mengabdi di pelosok Indonesia. Karena menurutnya, jika kesehatan di daerah pinggiran baik, maka taraf kesehatan di Indonesia juga bisa meningkat.
“Ayo kita sama-sama bangun Indonesia dari pinggiran, mengaplikasikan atau mengabdikan ilmu kita di daerah pinggiran karena mereka lebih membutuhkan uluran tangan kita, ilmu kita, tenaga kita untuk membantu mereka keluar dari permasalahan kesehatan. Karena banyak daerah kecil yang belum terjamah dokter,” pungkasnya.
98 Komentar