Readtimes.id– Belum usai dengan wacana tarik ulur pembahasan RUU pemilu di DPR, panggung politik tanah air kini kembali dihebohkan dengan wacana kudeta partai yang dialami oleh Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY.
Menjadi sorotan publik di tanah air karena kasus ini menyeret nama Moeldoko– Kepala Staf Kepresidenan, serta beberapa nama eks kader senior partai demokrat seperti yang kemudian diberitakan oleh berbagai media nasional.
Tak berhenti di situ saja, isu kudeta semakin memanas ketika nama Jokowi tercatut pula
di balik gonjang-ganjing keretakan internal partai dengan logo yang mirip dengan sebuah brand mobil ternama di dunia itu.
Membaca ini pengamat politik, Aribowo dari Universitas Airlangga, Surabaya menilai bahwa fenomena ini merupakan bentuk dari intervensi negara terhadap partai dimana menjadi salah satu ciri dari rezim otoriter seperti yang kemudian pernah terjadi di masa orde baru
” Saya melihat fenomena ini hampir sama dengan apa yang pernah terjadi di rezim orde baru tempo hari, dimana internal partai mendapatkan intervensi langsung dari negara ” ujar Aribowo
Seperti yang diketahui pengambilalihan partai yang melibatkan intervensi rezim juga pernah terjadi pada PDI di saat orba, dimana saat itu sebagian pengurus internal PDI memutuskan untuk memisahkan diri dari Megawati dan beralih ke Suryadi yang didukung langsung oleh Soeharto.
Menurut pihaknya meskipun bentuk dari intervensi negara pada hari ini belum sekuat apa yang pernah terjadi di zaman Soeharto, namun dengan melihat apa yang terjadi pada Demokrat baru-baru ini, sedikit lebih telah menggambarkan arah pemerintahan rezim ini yang tak jauh berbeda dengan gaya kepemimpinan era orba, yang kemudian oleh banyak pihak disebut sebagai orba jilid dua.
Selanjutnya ketika disinggung mengenai tepatkah keputusan AHY kemudian membuka isu internalnya ke publik menurut Aribowo adalah langkah politik yang tepat.
” Saya pikir langkah politik yang ditempuh AHY sudah tepat dengan membuka ini ke publik, untuk kemudian secara tidak langsung menjelaskan bahwa rezim hari ini telah melakukan intervensi pada partai yang notabene di luar koalisi ” tambahnya lagi
Namun meskipun demikian menurut Aribowo ada banyak faktor yang kemudian menyebabkan keretakan pada internal partai hari ini. Faktor ketidakpuasan dengan sikap pimpinan bisa juga menjadi salah satu faktor pemicu.
Dirinya menilai konflik di internal partai adalah hal yang biasa saja sebagai sebuah bentuk dinamika partai, namun kemudian akan menjadi hal yang berbeda ketika rezim kemudian ikut campur tangan dengan bahasa “negara hadir” untuk ikut menyelesaikan konflik yang ada dengan menawarkan opsi pergantian pucuk pimpinan secara paksa, atau bahkan memunculkan partai tandingan .
1 Komentar