Readtimes.id– Nama Liga Super Eropa kembali menjadi buah bibir setelah Mahkamah Tinggi Eropa mengeluarkan vonis bahwa FIFA dan UEFA tidak dapat melarang penyelenggaraan turnamen tersebut. Padahal, ide tersebut dikira telah benar-benar mati 2021.
Pada April 2021, sejumlah tim sepak bola besar yang berasal dari Spanyol, Inggris, dan Italia memutuskan menyepakati untuk membentuk sebuah liga yang tidak dinaungi UEFA atau FIFA. Pada konsepnya, kejuaraan tersebut akan mempertemukan sejumlah tim anggotanya tanpa mempedulikan batas negara.
Awalnya, tim-tim seperti Real Madrid, Barcelona, Manchester City, Manchester United, Chelsea, Liverpool, Arsenal, Tottenham, dan Juventus menyatakan bakal berpartisipasi pada turnamen tersebut. Sama seperti sejarah Champions League, Liga Super Eropa juga digagas oleh pihak yang sama: Real Madrid.
Ide tersebut pada mulanya dimunculkan oleh pemilik tim Real Madrid, Florentino Perez. Ketika itu, ia berencana untuk membuat sebuah liga yang dikelola oleh tim-tim yang berlaga di dalamnya.
Keinginan Perez didasarkan pada kondisi finansial banyak tim pada 2021 di mana ada banyak tim yang alami kesulitan karena memasuki masa pemulihan pascapandemi Covid-19. Di sisi lain, UEFA sebagai induk sepak bola Eropa dianggap terlalu banyak memperoleh uang dari tim-tim Eropa.
Menurut Perez, UEFA melakukan praktik monopoli terhadap industri sepak bola di Eropa. Hal tersebut semakin kentara dengan kecaman UEFA terhadap wacana Liga Super Eropa pada 2021.
“klub sepak bola Eropa tidak akan pernah lagi dimonopoli. Yang Kedua adalah setiap klub berhak menentukan nasibnya sendiri,” tambah Perez.
Tudingan monopoli liga antartim Eropa bukan tanpa alasan. Menurut laporan dari Statista, Liga Champions musim 2022-2023 memperoleh pendapatan setidaknya 3,1 miliar euro. Sebanyak 2,1 miliar dari total pendapatan tersebut dialokasikan untuk hadiah kepada tim-tim yang berpartisipasi.
Artinya, UEFA mendapatkan keuntungan sekitar 1 miliar euro dari setiap penyelenggaraan turnamen antartim Eropa tersebut. Jumlah tersebut dianggap terlalu besar jika melihat peran UEFA yang tidak begitu signifikan pada kejuaraan tersebut.
Alhasil, tidak mengherankan jika pada akhirnya Real Madrid menjadi salah satu tim yang getol menyuarakan Liga Super Eropa. Bahkan, mereka menyambut baik keputusan mahkamah tinggi Eropa.
“Kami di Real Madrid menyambut baik keputusan yang dikeluarkan oleh Court of Justice of the European Union yang menjamin prinsip, nilai-nilai dan kebebasan kami,” ungkap Perez kepada wartawan pada Kamis (21/12).
Peran Real Madrid di balik ide Liga Super Eropa ini seakan mengulang sejarah Liga Champions. Pada 1955, Real Madrid yang menjuarai LaLiga mengusulkan adanya kejuaraan antar kesebelasan juara liga bergengsi di eropa.
Melalui presiden Real Madrid kala itu, Santiago Bernabeu, turnamen tersebut akhirnya tercipta dan terus ada sampai sekarang. Berkaca pada sejarah tersebut, apakah Liga Super Eropa adalah bentuk baru dari Liga Champions? Ataukah kejuaraan ini hanya akan jadi langkah Perez memonopoli sepak bola Eropa? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.
Editor: Ramdha Mawaddha
40 Komentar