RT - readtimes.id

Meja Berseberangan di Pingpong Indonesia

Readtimes.id – Setiap hari adalah spesial, tidak terkecuali tanggal 6 April. Setiap tahunnya, tanggal 6 April menjadi salah dirayakan sebagai hari tenis meja dunia. Sebagai suatu seremonial yang bersifat global, seharusnya hari tenis meja juga dirayakan di Indonesia selayaknya olahraga net lain seperti bulutangkis dan bola voli. Namun, apa yang kita ketahui tentang tenis meja Indonesia selain pertandingan antara Abdel melawan Vincent Februari lalu?

Seperti yang diutarakan oleh Abdel pada akhir pertandingan eksebisi tersebut, kondisi tenis meja Indonesia memang sedang alami kondisi yang menyedihkan, utamanya dari sisi kepengurusan Federasi Tenis Meja Indoneia (PP PTMSI). Organisasi tertinggi yang menaungi olahaga pingpong tersebut nyatanya alami kondisi perpecahan di kubu internal saat ini. Tidak hanya terjadi dualisme dalam 11 tahun terakhir.

Setidaknya, ada dua kubu besar yang terlibat, yaitu Oegroseno dan Lukman Edy. Kubu Oegroseno sendiri mendapat pengakuan dari asosiasi tenis meja dunia (ITTF) serta Komite Olimpiade Indonesia (KOI) sedangkan kubu Lukman Edy mendapat dukungan dari Komite Olahraga Nasional indonesia (KONI). Ketidakjelasan tersebut pun semakin diperkeruh dengan aksi saling tuntut antar kubu yang tidak kunjung mendapat penyelesaian dari Menteri Pemuda dan Olahraga. Bahkan, ada satu waktu di mana ada 3 kepengurusan dalam satu periode.

Imbas dari perselisihan internal tersebut pun pada akhirnya melenyapkan kejurnas dan liga profesional tenis meja Indonesia. Alhasil, hal ini juga berdampak kepada pembibitan atlet yang macet dan berujung pada PON XX 2021 kemarin.

Tidak hanya di tingkatan lokal, perpecahan pengurusan tersebut nyatanya juga berimbas kepada partisipasi Indonesia di ajang internasional yang semakin minim. Bahkan, pada gelaran SEA Games 2019 kemarin, atlet tenis meja Indonesia juga harus absen membela negara,

Konflik yang berlarut-larut di tubuh tenis meja Indonesia masih terus berlangsung. Setiap kubu yang berselisih merasa masing-masing punya kekuatan, baik dari segi uang maupun yang mengutamakan kekuasaan. Pada akhirnya perpecahan yang terjadi tersebut juga menyebabkan pengurus provinsi ikut terpecah. Klub yang membawahi atlet ikut terpolarisasi sehingga berdampak secara signifikan terhadap prestasi Indonesia.

Di balik segala carut marut kepengurusan federasi tersebut, muka tenis meja Indonesia sedikit terselamatkan melalui prestasi tim paralimpiade cabang tenis meja yang berhasil mengoleksi 3 medali di Paralimpiade Tokyo kemarin. Tentunya hal tersebut terlepas dari cabang olahraga yang dipegang oleh National paralympic Commitee (NPC) Indonesia.

Permasalahan yang terjadi di tubuh PTMSI (Persatuan Tenis Meja Seluruh indonesia) menjadi sedikit gambaran bagaimana pihak asosiasi olahraga Indonesia kerap menjadi rintangan tersendiri untuk perkembangan para atlet, Pihak pengurus yang kerapkali mengedepankan ego pada akhirnya menumbalkan para atlet yang terus menerus dibebani ekspektasi medali.

Di tengah kabar sedih terkait olahraga tenis meja di Indonesia, mulai terlihat sedikit titik cahaya harapan untuk masa depan olahraga ini dalam bentuk liga tenis meja yang rencananya akan dimulai Juni tahun ini. Rencananya, turnamen yang diselenggarakan oleh pecinta olahraga tenis meja Indonesia, Singgih Yehezkiel ini akan diadadakan sebanyak 3 seri di Bandung, Jakarta, dan Nusa Tenggara Barat.

Editor: Ramdha Mawaddha

Jabal Rachmat Hidayatullah

Tambahkan Komentar

Follow Kami

Jangan biarkan infomasi penting dan mendalam dari kami terlewatkan! Ikuti sosmed kami: