Readtimes.id– Para pendukung tertunduk lesu setelah peluit tanda pertandingan berakhir telah berbunyi. Skor 2-0 tercetak di layar, Indonesia kalah dan resmi tersingkir dari AFF 2022. Impian jadi juara kembali sirna, sang Garuda kembali berpuasa gelar.
Bermodal skuad yang kurang lebih sama di turnamen sebelumnya dan ditambah para pemain naturalisasi, Timnas masih tidak bisa berbicara banyak di level turnamen regional.
Kegagalan ini seakan menjadi cerminan dari permasalahan sepak bola Indonesia. Masalah yang tak bisa diselesaikan oleh sekadar juru taktik kelas Piala Dunia seperti Shin Tae Yong. Apalagi oleh pemain berpengalaman di Liga Eropa macam Jordi Amat. Masalah tersebut adalah aspek kepengurusan oleh induk olahraga nomor satu di Tanah air yaitu
Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI),
Bicara tentang PSSI, sudah bukan barang baru lagi jika induk olahraga nomor satu di tanah air tersebut sering membuat keputusan kontroversial. Terbaru, PSSI memutuskan untuk memberhentikan Liga 2 dan Liga 3 dengan dalih permintaan berbagai tim partisipan. Di mana tak ada transparansi mengenai tim mana saja yang meminta hal tersebut.
Pemberhentian liga tersebut menimbulkan masalah lain, ketiadaan degradasi untuk Liga 1 dan tidak adanya ancaman bagi tim-tim di peringkat bawah untuk memicu persaingan yang kompetitif yang dapat bermuara pada potensi pengaturan skor.
Selain itu persoalan jadwal,kesejahteraan pemain, pembinaan pemain muda, regulasi liga, penanganan penonton, hingga kepengurusan stadion juga menjadi persoalan lembaga yang kini akan memilih nahkoda baru.
Nahkoda lama, Mochamad Iriawan alias Iwan Bule tak lagi maju untuk mencalonkan diri sebagai Ketua PSSI pada Kongres Luar Biasa (KLB) Februari mendatang. Hal itu membuka peluang hadirnya wajah baru untuk memimpin PSSI.
Terakhir, santer ada dua nama yang tengah diperbincangkan publik yakni La Nyalla Mattalitti dan Erick Thohir.
La Nyalla sejatinya bukan lagi nama asing bagi persepakbolaan Tanah Air. Ia merupakan mantan ketua PSSI periode 2011 – 2013, sayangnya, ia harus berhadapan dengan masa dualisme PSSI. Setelahnya, ia pun kembali menjabat sebagai Ketua setelah jadi pemenang kongres pemilihan umum di 2015. Namun, PSSI di eranya pun langsung dibekukan selama setahun sebelum akhirnya ia digantikan oleh Edy Rahmayadi.
Sebagai sosok yang sudah lama berkecimpung di sepak bola nasional, La Nyalla jelas sudah terbiasa dengan dinamika sepak bola Indonesia .
Selanjutnya adalah Erick Thohir. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mencalonkan diri menjadi calon ketua PSSI dengan dukungan dari beberapa selebritas seperti Baim Wong, Raffi Ahmad, Atta Halilintar dan putra presiden Kaesang Pangarep yang beberapa tahun terakhir mulai melirik bisnis si kulit bundar.
Sama dengan La Nyalla, Erick Thohir juga bukan orang baru di sepak bola. Sebelumnya, ia juga pernah menjadi pemilik Inter Milan dan DC United. Sehingga untuk urusan manajerial di tingkat atas, tentu bukan lagi barang asing baginya.
Terlepas dari siapa yang bakal terpilih sebagai Ketua Umum PSSI nantinya, hal lain yang diperlukan adalah penggantian pengurus. Sebab selain nahkoda yang berkualitas PSSI juga harus diisi dengan para punggawa yang berkualitas untuk menggerakkan asosiasi.
Oleh karenanya di Kongres Luar Biasa nantinya seyogianya tidak hanya memutuskan siapa sosok yang pantas menjadi nahkoda PSSI namun juga menyaring dengan tepat orang-orang yang bakal membersamai ketua umum terpilih.
Dengan demikian harapan kita tentang perbaikan sepakbola Tanah Air tidak hanya sekadar menjadi harapan semu semata.
41 Komentar