Readtimes.id — Sebagai wilayah yang telah diprediksi rawan gempa sejak tahun 70 an menurut pakar geologi, mitigasi dan adaptasi bencana di Majene Sulawesi Barat menjadi hal yang sangat vital. Hal ini penting guna meminimalisir dampak bencana yang lebih besar.
Namun jika melihat kebingungan warga saat mencari tempat evakuasi menyelamatkan diri
sehingga menyebabkan 88 orang meninggal dunia , ratusan orang luka-luka dan kerugian yang ditaksir mencapai 90 milyar ditambah total eksposur industri asuransi umum di wilayah terdampak mencapai Rp 925,7 miliar menurut data dari PT Reasuransi Maipark Indonesia hal ini membuktikan program mitigasi dan adaptasi bencana tidak berjalan dengan baik.
Hal ini yang kemudian diakui oleh Ilhamsyah Djuhaini Kepala Pelaksana BPBD Majene saat dihubungi oleh readtimes.id
” Benar program mitigasi dan adaptasi kami memang tidak berjalan dengan baik sehingga masyarakat kebingungan mencari tempat berlindung saat terjadi bencana” tukasnya
Pihaknya mengaku tak mampu membuat program yang berkaitan dengan mitigasi dan adaptasi seperti yang dianjurkan oleh undang -undang karena terkendala anggaran.
Hal ini yang kemudian membuat program pendampingan ke masyarakat terkait sosialisasi kebencaaan seperti pengetahuan akan rute evakuasi misalnya tidak berjalan sebagaimana mestinya karena anggaran hanya cukup membiayai tenaga kontrak dan beberapa operasional ringan saja.
Bahkan dari APBD yang tersedia, pihaknya mengaku alokasi anggaran yang diterima untuk kebencanaan tak sampai angka satu persen.
Dalam pemaparannya Ilhamsyah berharap agar pemerintah dapat belajar dari bencana yang baru -baru saja terjadi di Sulbar untuk lebih memerhatikan kebutuhan program-program kebencanaan yang menurutnya sangat vital untuk meminimalisir dampak kerugian yang ditimbulkan.
1 Komentar