Readtimes.id– Indonesia berhasil memutus rekor tak pernah menang dalam 20 tahun di kandang Vietnam. Keberhasilan tersebut disambut gembira berbagai kalangan pecinta sepak bola, meski tidak sedikit yang mencibir pencapaian tersebut.
Pada laga yang berkesudahan dengan skor 3-0 untuk kemenangan Indonesia tersebut, ‘Pasukan Garuda’ sukses mencetak gol lewat Jay Idzes, Ragnar Oratmangoen, dan Ramadhan Sananta. Menariknya, dua nama pertama merupakan pemain keturunan Indonesia yang baru saja menjalani sumpah WNI.
Kehadiran Jay Idzes, Ragnar Oratmangoen, dan Thom Haye dalam skuad Shin Tae-Young semakin menambah jumlah pemain keturunan yang membela Indonesia. Total, ada 6 pemain keturunan dalam lawatan timnas ke Vietnam.
Banyaknya pemain keturunan yang dinaturalisasi tersebut pada akhirnya menimbulkan kekhawatiran dari berbagai pihak, termasuk legenda sepak bola Indonesia, Rully Nere.
“Kalau buat saya untuk pembinaan dan buat anak-anak kita yang masih punya masa depan, naturalisasi secara tidak langsung mematikan motivasi mereka. Karena mereka anak-anak sekarang sudah latihan setengah mati, tahu-tahu ada naturalisasi mereka pasti kecewa,” ujarnya dikutip dari YouTube Mahardika Entertainment pada Jumat, 29 Maret 2024.
Kehadiran pemain keturunan yang dinaturalisasi menjadi WNI dianggap menjadi jalan pintas untuk menggapai prestasi. Langkah naturalisasi yang dilakukan PSSI juga dianggap mengabaikan kompetisi dalam negeri serta bibit-bibit pesepakbola lokal.
Meski demikian, salah satu mantan pemain timnas Indonesia era 2012 – 2015, Raphael Maitimo berpandangan lain. Ia menganggap kehadiran pemain naturalisasi bisa mendongkrak kualitas pemain lokal melalui ketatnya persaingan memperebutkan posisi inti timnas.
“Mereka (pemain naturalisasi) bisa berkontribusi bagi sepak bola Indonesia dan menumbuhkan persaingan antar-sesama, sekaligus meningkatkan performa pemain lokal agar makin tinggi kualitasnya. Hal itu akan berdampak baik bagi sepak bola Indonesia,” ujar Maitimo dalam keterangannya yang dikutip pada Jumat, 29 Maret 2024.
Kehadiran pemain naturalisasi memang dapat mendongkrak kualitas tim nasional Indonesia secara instan. Hal tersebut dapat terlihat pada performa Indonesia pada ajang besar yang dilaluinya akhir-akhir ini, seperti di Piala Asia 2023 dan kualifikasi Piala Dunia 2026.
Sayangnya, kehadiran pemain naturalisasi secara tidak langsung akan menyingkirkan pemain lokal dalam skuad tim nasional. Meski hanya membawa 6 pemain naturalisasi pada pertandingan lawan Vietnam, 5 diantaranya bermain dari awal laga.
Meski demikian, bukan berarti tim nasional Indonesia akan dipenuhi oleh pemain naturalisasi. Nama-nama seperti Pratama Arhan, Asnawi Mangkualam, Witan Sulaeman, hingga Marselino Ferdinand masih terus menjadi langganan timnas era Shin Tae-Yong.
Di sisi lain, pesepakbola yang dinaturalisasi PSSI juga bukanlah pemain sembarangan. Mereka merupakan pemain potensial dengan rentang usia yang relatif muda. Tidak heran, Indonesia menjadi peserta dengan rataan usia termuda pada Piala Asia 2023 lalu.
Tak hanya itu, naturalisasi yang dilakukan PSSI saat ini berbeda dengan program serupa pada awal dekade 2010. Jika awalnya program tersebut menarget pemain asing yang telah lama bermain di Indonesia, saat ini program tersebut menarget pemain keturunan atau diaspora Indonesia yang bermain di luar negeri.
Nama-nama seperti Justin Hubner, Elkan Baggott, Thom Haye, hingga Ragnar Oratmangoen tidak dipilih secara sembarangan untuk dinaturalisasi. Pada diri mereka ada darah Indonesia, sehingga mereka berhak untuk mendapatkan kesempatan membela tanah air orang tua atau leluhur mereka.
Pada akhirnya, terlepas dari polemik pemain lokal dan pemain naturalisasi, selama lambang garuda masih terpampang di jersey timnas Indonesia, selama Indonesia Raya masih berkumandang pada awal laga, dan selama merah putih masih berkibar di tiap pertandingan, mereka tetap mewakili Indonesia. Tak peduli latar belakang dan asal usulnya, mereka tetaplah bagian dari Indonesia.
Editor: Ramdha Mawaddha
11 Komentar