Teknologi telah menjadi hal yang tidak terpisahkan di dalam kehidupan. Sebab, ia membawa banyak kemudahan bagi banyak orang, memanaskan makanan tinggal masukkan ke microwave, tidak perlu lagi menyapu dan mengepel tinggal menggunakan robot vacuum, malas menumbuk atau mengaluskan bahan memasak bisa menggunakan cooper blender, dan memesan tiket pesawat secara online tanpa harus ke bandara.
Sebelum tidur dan setelah bangun tidur, sebagian orang lebih memilih mengecek ponsel pintar. Hal tersebut bagai hal wajib atau kebiasaan yang sulit lepas, ingin melihat apa update terbaru di media sosial atau sekedar membunuh waktu karena malas bangkit dari tempat tidur.
Namun, di dunia yang semakin didorong oleh teknologi, apakah kita sudah ketergantungan?
Laporan yang diterbitkan oleh Statista mengungkapkan hingga Juli 2020, sekitar 59 persen populasi global atau 4,57 miliar orang aktif di internet. Sementaran peneliti Pew Center menunjukkan peningkatan yang konsisten dalam kepemilikan ponsel cerdas di seluruh dunia. Sementara data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Desember 2020, sebanyak 29% anak usia dini di Indonesia menggunakan telepon selelur dalam September-November.
Menurut Indrie Avianti Dwiantari, M.Psi., Psikolog, kecanduan atau pun ketergantuangan seseorang terhadap teknologi disebabkan ketidakseimbangan dalam penggunaannya. Penyebabnya beragam, dari tidak adanya penjadwalan yang balance antara aktifitas sehari-hari dengan penggunaan teknologi, sehingga penggunaan teknologi menjadi tak terbatas. Kemudian, dalam kasus tertentu pengguna teknologi dalam bentuk sosial media mengindikasikan seseorang memiliki rendah diri dalam bersosialisasi di kehidupan nyata, sehingga merasa nyaman jika beraktifitas menggunakan teknologi dunia maya.
Kecanduan teknologi tidak mudah untuk dikenali, tetapi memang ada. Ketika orang menggunakan istilah kecanduan teknologi, umumnya mengacu pada minat yang berlebihan terhadap internet, peralatan sehari-hari, dan penggunaan media sosial, serta penggunaan ponsel pintar atau perangkat pintar lainnya yang berlebihan. Apakah kamu merasa perlu membawa ponsel cerdas setiap saat, termasuk saat sebelum tidur? Sudahkah kamu mencoba mengurangi penggunaan teknologi tetapi kesulitan? Apakah kamu merasa cemas dan terganggu jika tidak mengecek media sosial? Jika ya, mungkin kamu sudah kecanduan bahkan ketergantungan pada teknologi.
Kecanduan dalam penggunaan teknologi seperti gadget dan games sudah menjadi tantangan bagi orangtua di era ini, terutama jika hal ini terjadi pada usia anak-anak, tentunya hal ini akan menghambat dalam proses belajar, anak menjadi kurang konsentrasi, prestasi menurun, agresifitas, dan perilaku negatif dari hasil modeling dunia maya (baik games, youtube, dan video lainnya yang mana terkadang tidak bisa benar benar tersaring penayangannya untuk usia anak).
Dampak psikologis dari penggunaan gadget terutama media sosial adalah perasaan tidak bahagia, dalam hal ini individu seringkali menjadi membandingkan diri dengan orang lain atau self comparison. Dan, jika self comparison ini sudah mulai melanda , self esteem (harga diri) menjadi turun, individu cenderung akan insecure yg disertai dengan overthingking terhadap dirinya sendiri. Dampak lain bagi individu secara umum yang berkorelasi dengan fisik adalah, pola makan yang buruk (bisa menjadi obesitas atau bahkan kurang gizi) akibat aktifitas yang berlarut larut dengan teknologi / gadget dan juga gangguan tidur (kacaunya jam biologis, waktu tidur).
Menggunakan teknologi hampir tidak bisa dihindari, hampir sulit. Namun, jika memungkinkan untuk istirahat atau rehat dalam penggunaan teknologi merupakan hal yang baik bagi kesehatan. Ada banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa istirahat dari penggunaan teknologi terutama media sosial dapat meningkatkan kebahagian.
852 Komentar