Readtimes.id- Papua adalah tanah ajaib. Selain buminya mengandung potensi sumber daya alam, Papua juga merupakan penghasil atlet-atlet unggul. Salah satu di antara deretan nama tersebut adalah Chico Aura Dwi Wardoyo.
Pria bertinggi 180 CM tersebut memilih olahraga yang tidak lazim bagi orang Papua, bulutangkis. Meski demikian, dialah yang menjadi wajah daerah asalnya tersebut di kancah bulutangkis Indonesia. Memulai perjalanan kariernya dari PB Pemda Papua pada 2013, sembilan tahun setelahnya, ia menjadi putra Papua pertama yang berhasil memenangi sebuah turnamen sekelas super 500 BWF.
Berstatus pemain pengganti, Chico melesat bak roket melewati para pemain dengan ranking di atas dirinya. Berturut-turut, ia kalahkan Lee Cheuk Yiu, Kantaphon Wangcharoen, Anthony Sinisuka Ginting, Lu Guang Zu, dan NG Ka Long Angus. Selain laga final, ia melewati semuanya dengan pertandingan 3 gim. Membuat status kuda hitam yang dibawa sang ranking 46 dunia tersebut semakin terasa.
Baca juga: Rintangan Karier Tak Kasat Mata Atlet Profesional
Berbekal fisik yang tinggi, atlet yang baru saja merayakan ulang tahun ke-24 tersebut punya keunggulan dalam hal serangan yang tajam. Stamina tangguhnya sudah teruji lewat 4 pertandingan yang terpaksa ia selesaikan dalam 3 gim. Bahkan, ia juga memainkan laga dengan durasi 1 jam dari setiap pertandingan tersebut.
Memasuki babak final, Chico tidak lagi ingin mengulang kenangan pahitnya setahun lalu saat dikalahkan Toma Junior Popov di final Spain Masters. Pada final BWF World Tour keduanya, ia segera menuntaskannya, tidak peduli lawannya yang berstatu sebagai ranking 13 dunia.
Ia menjadi satu-satunya juara Malaysia Master tahun ini yang bukan dari ranking 10 besar BWF. Chico pula lah yang menjadi juara pertama di tunggal putra setelah tiga turnamen dimonopoli oleh Viktor Axelsen. Maka kemenangan ini, layak untuk disyukuri dalam karier atlet kelahiran Jayapura tersebut.
Baca juga: Tetap Melaju Walau Tak Diunggulkan
Gelar juara Chico kali ini jelas bukanlah target akhirnya, masih ada banyak gelar yang tentunya ingin diraih pria kelahiran 15 Juni 1998 tersebut. Gelar ini pun tentunya bisa menjadi pemecut semangatnya untuk meningkatkan potensi dirinya mengejar para pemain Indonesia lainnya, seperti Tommy Sugiarto, Shesar Rhustavito, Jonathan Christie, hingga Anthony Sinisuka Ginting.
Setelah Malaysia Masters, ada Singapura Terbuka yang menantikan peraih medali perunggu Asian Championships tersebut. Layaknya turnamen yang telah ia lalui, jalur kualifikasi harus ia tempuh kembali sebagai prasyarat dirinya bisa bertanding di panggung utama. Meski demikian, status juara yang kini disandang setidaknya sudah mengangkat satu beban berat dari punggungnya. Sensasi menjadi pemenang tentunya bakal menjadi pengalaman yang bagus bagi Chico.
Editor: Ramdha Mawaddha
1 Komentar