Readtimes.id- Menjadi pilihan sejuta umat bagi siswa yang telah menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atau kejuruan ke tingkat universitas, utamanya Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Salah satu jalur masuk yaitu Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dengan kuota minimum 40%. Dengan melakukan seleksi berdasarkan hasil Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK), dengan pendaftaran dilaksanakan pada 15 Maret – April 2021. Semua menginginkan kelulusan. Namun, apakah lulus seleksi SBMPTN sebagai unsur keberuntungan atau prestasi. Kemampuan individu menjadi faktor utama dalam proses ujian SBMPTN, ketika melakukan ujian kepercayaan diri seseorang sangat berpengaruh. Solusi menghadapi ujian, dengan mengerjakan soal penuh rasa percaya diri tinggi, tidak cemas, tidak tegang, berpikir serta mengerjakan dengan tenang.
Bukan hanya keberuntungan semata, tapi bagaimana individu bisa mengelola kecemasan dalam menghadapi ujian. Keberuntungan dalam hal, ternyata dia mendaftar untuk jurusan yang memang peminatnya sedikit. Disisi lain, walaupun pintar persiapan belajar sudah matang. Tapi pada saat ujian justru tegang, kemudian cemas, itulah yang mungkin kemampuan dia yang tidak terlalu optimal. Jadi memang yang ada energinya habis untuk meluangkan diri, bukan untuk berpikir dalam menghadapi ujian.
Pakar Pendidikan, Dr. Ir Triyatni Martosenjoyo mengatakan, tantangan yang dihadapi kebanyakan para calon mahasiswa. Mereka tidak tahu minat, jadi banyak sekali anak yang baru lulus, tidak tahu sebetulnya mereka itu suka apa, nanti mau jadi apa? itu sebenarnya tantangan tersendiri karena kita memilih, mau berdasarkan apa. Perlu kita tahu apa yang dibutuhkan, mampu dibidang apa. Kemampuan diri, minat diri yang harusnya dieksplor. Jadi memang mereka perlu untuk eksplorasi diri, dan eksplorasi jurusan yang sebetulnya yang ingin mereka masuki.
Menjadi tantangan tersendiri dengan keterampilan atau kemampuan yang diujikan. Memang secara kemampuan kognitif, atau kemampuan berpikir terbatas. Apakah mereka memang malas atau memang kurang latihan. Jadi kemampuan secara konkritnya kurang. Selanjutnya, sekarang kesempatan itu hampir sama semuanya, mau dia di daerah dan dimana. Walaupun kita tidak tinggal di Makassar kita bisa daftar dimana saja. Kita tidak harus ke kota untuk ikut ujian disana. Kalau sekarang tidak. Kita dipermudah. Kembali lagi ke siswanya sendiri yang kesulitan pada saat mendaftar jurusan apa. Kurang informasi mengenai jurusan seperti apa nantinya.
“Pada saat sebelum mereka mendaftar, mereka paham betul. Apa yang mereka merasa lebih di jurusan apa. Mereka eksplorasi dulu jurusan itu. Apakah sesuai dengan minatnya. Tidak sekedar anjuran orang Tua. Paham, karena banyak sekali di semester awal mereka tidak masuk kuliah karena tidak sesuai. Merasa tidak menyenangkan serta membosankan. Ketika lulus, betul-betul masuk dan lulus, serta mengikuti perkuliahan dengan menyenangkan,” ujar Dr Triyatni sebagai Dosen Teknik Arsitektur Unhas kepada readtimes.id, 29 Maret 2021.
Ketika ingin mengikuti tahapan ujian SBMPTN, kita perlu mempersiapkan diri karena bukan semata-mata keberuntungan yang menentukan. Tetapi kemampuan kognitif, berpikir mental dan mandiri. Bagaimana mempersiapkan kemampuan psikis dengan belajar dan berlatih. Sebenarnya kita sudah tahu apa yang mau diujikan. Sehingga kita bisa mempersiapkan diri dan mengantisipasi serta mencoba melakukan pembelajaran secara mandiri dengan giat.
Menjadi harapan untuk lulus di perguruan tinggi negeri. Namun, banyak juga yang merasa kecewa. Perlu pemahaman bahwa bersaing yang hasilnya adalah ada situasi yang sebetulnya diluar kendali mereka. Lulus atau tidaknya, hasil diluar kendali mereka. Meski sudah setengah mati belajar, begitu peminatnya membludak, pada fakultas tertentu, memang peminatnya banyak sekali dan probabilitasnya, peluang itu memang satu banding misalnya 100 orang, mereka harus siap dengan konsekuensi resikonya. Bahwa kemungkinan tidak lulus itu tinggi. Kalau kita menerima hasil jadi wajar, kita peluangnya menjadi sedikit sebanyak sekali. Jadi memang perlu ditanamkan bahwa ada konsekuensi resiko.
Sebelumnya perlu melihat peluang kita seperti apa. Jadi ketika kita tidak lulus tidak semata-mata menyalahkan diri sendiri atau merasa berbeda dan merasa aneh. Kadang juga ketika tidak lulus, kita tidak perlu kecewa. Sebab ada sesuatu ekspektasi yang kita harapkan dan kadang tidak sesuai dengan harapan. Membuat kita ada perasaan kecewa. Kegagalan adalah sesuatu hal yang wajar. Tapi tidak semua siswa bisa menghadapi, kegagalan itu. Kegagalan yang pasti akan terjadi dan setiap orang mengalami itu.
Tambahkan Komentar