Nampaknya nyaris mustahil jika ada orang yang tak mengetahui atau tidak menonton serial kartun Nickelodeon, “Spongebob Squarepants”. Serial yang berlatar daerah Bikini Bottom—inspirasi dari Atol Bikini tempat uji coba bom atom Amerika serta peluncuran pertama pakaian bikini—ini selalu menghiasi televisi dengan berbagai karakter aneh dan unik.
Namun demikian, ada kesan jika film ini hanya untuk anak-anak. Padahal, jika menyimak beberapa tema di dalam serialnya menyajikan persoalan khas orang dewasa, masalah dunia terkini—sosial-politik-budaya-ekonomi—ditambah kutipan-kutipan filosofis yang agak meragukan jika anak-anak dapat memahaminya.
“Squidward on Strike”, contohnya. Pada serial berdurasi kurang lebih 10 menit ini menampilkan tajuk pemogokan buruh atau pekerja yang mendapatkan perlakukan tak adil dari majikannya. Kita barangkali akan terpingkal-pingkal dengan tingkah Spongebob yang lugu serta Squidward yang kesal pada Tuan Krab maupun penduduk Bikini Bottom.
Kisah “Squidward on Strike” ini bermula saat si Tuan Krab mulai berlaku tak adil terhadap para pekerjanya. Tuan Krab mengancam akan mendenda para pekerja yang kedapatan malas-malasan.
“Saya tidak membayarmu untuk bernafas. Jadi jangan bernafas selama bekerja,” bahkan si Tuan Krab tak mengizinkan para pekerjanya untuk menghela nafas saat mereka lelah.
Squidward keberatan. Ia protes. Ia mengajak Spongebob untuk ikut serta. “Spongebob, kita harus mogok kerja!”
Tapi Spongebob tak paham apa itu ‘mogok kerja’.
“Kita akan berhenti bekerja sampai Tuan Krab mengembalikan hak-hak kita.”
Singkat cerita, Spongebob dan Squidward akhirnya melakukan mogok kerja. Mereka membagi selebaran ke banyak penduduk Bikini Bottom. Mereka menyampaikan segala rahasia ketidakadilan yang diberlakukan Tuan Krab kepada para pekerjanya.
“Para penduduk Bikini Bottom, kalian harus tahu: Tuan Krab, telah berbuat sewenang-wenang terhadap kami. Ini tidak boleh dibiarkan. Kami menuntut hak-hak kami. Jika tidak, kami berjanji akan menuntut dan akan mogok kerja sampai hak-hak kami dikembalikan. Kami akan menghancurkan tirani ini.”
Para penduduk Bikini Bottom terkesima dengan orasi Squidward yang begitu semangat dan begitu berapi-api. Tapi tatkala orasi selesai, seketika para penduduk Bikini Bottom yang tadinya menyaksikan dan khidmat mendengar, pergi begitu saja.
“Wah, ternyata lelah juga setelah mendengar orasi ini. Yuk, kita pergi menyantap Krabypaty!” ucap seseorang.
Squidward ditinggalkan begitu saja. “Tak ada yang peduli dengan nasib para buruh, selama kebanyakan orang masih mendapatkan kesenangan yang instan,” keluh Squidward.
“Jangan bersedih, Squidward! Kita akan melanjutkan mogok kerja ini. Kita akan menghancurkan tirani! KITA AKAN MOGOK KERJA SELAMANYA! SELAMANYA…” hibur Spongebob.
Nah, diam-diam Squidward kepikiran terus-menerus dengan perkataan Spongebob tentang ‘KITA AKAN MOGOK KERJA SELAMANYA!’ itu. Squidward tak bisa membayangkan ia akan mogok kerja sampai ia berusia tua. Ia pun menyusun siasat dan strategi untuk mendekati Tuan Krab seorang diri. Ia akan meminta kepada Tuan Krab untuk menerima ia bekerja kembali.
Spongebob sendiri terus merenung dan berfikir metode apalagi yang harus dilakukan untuk membuat Tuan Krab gentar sehingga mau mengembalikan hak-hak dia dan Squidward.
“Tak ada jalan keluar lain kecuali menghancurkan bangunan Krustykrab. Aku harus ke sana malam ini. Aku akan menggergaji meja dan kursi, tiang dan dinding, sampai semuanya hancur!” ucap Spongebob.
Ia pun berangkat dengan gergaji dan palu di kedua tangan. Ia mengendap-endap. Setiba di dalam, ia pun melakukan aksinya.
“Aku akan mengembalikan para pekerja menuju kemenangan yang sejati. Aku akan menghancurkan tirani,” ucap Spongebob, nyaris menyerupai nyanyian.
Ternyata, di malam dan di waktu yang sama, Suqidward sedang membangun satu kompromi dengan si Tuan Krab. Dan setelah mereka usai membangun kesepakatan-kesepakatan, usai pula pekerjaan Spongebob dalm menghancurkan segala properti yang ada dalam ruangan Krastykrab.
“Spongebob, apa yang kau lakukan? Kau mengacaukan semua rencanaku,” ucap Sqouidward.
Tuan Krab tak kuasa melihat semua yang diakibatkan oleh ulah Spongebob. Tuan Krab meleleh. Semua bagian tubuhnya terpisah satu sama lain.
“Aaaarrrggh! Untuk mengganti semua kerugian ini, kalian harus bekerja padaku seumur hidup!”
Squidward mendengar keputusan Tuan Krab seperti sambaran petir di siang terik. Matanya menjadi merah, urat-urat matanya menjadi tegang.
Anehnya, Spongebob justru gembira. “Hore! Akhirnya hak-hak kita dikembalikan. Kita akan kembali bekerja!”
Jika kita telaah secara baik selepas kikikan tawa kita menonton serial ini, maka kita akan menemukan banyak sekali karakter dan sifat manusia ketika berhadapan dengan masalah buruh.
Misalnya, dari dialog di atas kita akan mendapati: ternyata tidak mudah menggalang solidaritas kepada masyarakat umum untuk peduli pada Nasib buruh. Dalam bahasa Squidward, kita kutip kembali, “Tak ada yang peduli dengan nasib para buruh, selama kebanyakan orang masih mendapatkan kesenangan yang instan.”
Karakter lainnya adalah: bahwa dalam diri buruh sendiri menyimpan sifat teguh atau pragmatis. Coba lihat Spongebob, dengan segala keluguannya dia tetap ikut dengan Squidward dalam mogok kerja, namun justru diam-diam Squidward bekerja sama dengan si Tuan Krab.
Tuan Krab sendiri, dengan gamblang kita lihat sebagai sosok majikan yang serakah. Dan masyarakat adalah massa cair yang memiliki respons sendiri-sendiri dalam menanggapi pemogokan yang dilakukan oleh Squidward dan Spongebob.
Yah, begitulah. Menonton serial Spongebob Squarepant memang selalu mengasyikkan. Kita bisa dibuat terpingkal-pingkal, sekaligus diajak berpikir tentang masalah di dunia ini. Anak kecil akan terpingkal-pingkal melihat sosok uniknya, dan orang dewasa mencintai temanya.
Serial ini masih tayang hingga saat ini, meskipun kreatornya sendiri, yaitu Stephen Hillenburg meninggal dunia pada Senin, 26 November 2018 di usia 57 tahun.
Selamat Hari Buruh Internasional.
1 Komentar