RT - readtimes.id

Utang Luar Negeri, Apa dan Mengapa?

Readtimes.id- Salah satu icon pemerintah adalah menuju perekonomian Indonesia mandiri atau berdiri di atas kaki sendiri (Berdikari). Namun pemerintah terus menambah utang, sehingga utang terus mengalami peningkatan. Hampir tidak ada lagi negara di dunia ini, dalam proses pembangunannya tidak memiliki utang, termasuk Indonesia. Kementerian Keuangan mencatat utang pemerintah pada akhir Maret 2021 adalah Rp6.445,07 triliun. Posisi utang mengalami kenaikan sekitar Rp 84 triliun dibandingkan dengan akhir Februari 2021 yang sebesar Rp6.361 triliun. 

Indonesia setiap tahunnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mengalami  defisit. Ketika total pengeluaran jauh lebih besar dibanding dengan penerimaan adalah penyebab terjadinya defisit. Berhutang karena ada kebutuhan untuk pembiayaan pembangunan bukan untuk hal-hal konsumsi. Tetapi, pemerintah sudah merencanakan  untuk pembangunan infrastruktur yaitu pembangunan jalan, bendungan, bandara, listrik, air, keamanan, pertahanan dan sebagiannya.

Indonesia dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan mengakibatkan kebutuhan masyarakat yang banyak. Sehingga jalanan, pelabuhan, bandara sangat dibutuhkan dengan terdapatnya fasilitas yang bagus. Dalam pembangunannya membutuhkan biaya yang lebih besar. Namun, tahun 2021 utang meningkat salah satunya disebabkan situasi krisis dan situasi pandemi Covid-19. Sehingga dibutuhkan juga pengeluaran yang bersifat kesehatan, pembiayaan kesehatan dan seterusnya.  

Pakar Ekonomi, Prof. Dr. Abd Hamid Paddu, MA mengatakan, sekarang ini penerimaan kita dari pajak dan bukan pajak rencananya tahun 2021 cuman 1700 triliun, sementara rencana pengeluarannya itu lebih 2000 triliun. Jadi hampir 1000 triliun kekurangannya. Kekurangan inilah yang diisi dengan mengutang sumber uangnya bisa berhutang dalam negeri dan diluar negeri. Sekarang ini, Indonesia berhutangnya lebih banyak di dalam negeri. Salah satu cara pemerintah menerbitkan utang negara atas surat berharga negara yang biasa kita sebut   dengan obligasi negara. Semua Negara menerbitkan hal seperti itu seperti Amerika dan Jepang.

Cara berhutang negara yaitu pertama cara berhutang dalam negeri: pemerintah menerbitkan surat berharga negara kemudian dijual kepada masyarakat baik kepada korporasi maupun individu. Masyarakat lalu membeli surat berharga itu, obligasi dalam artian mendapat keuntungan. Kedua, Indonesia juga punya utang luar negeri baik multilateral maupun bilateral. Jadi, semakin tinggi prediksi untuk melakukan pembangunan, semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin butuh uang yang lebih banyak untuk membangun. 

“Karena dibutuhkan uang besar untuk membangun infrastruktur yang nantinya, akan menghasilkan uang, pajak, dan seterusnya untuk meningkatkan ekonomi. Uang itulah yang dipakai untuk membayar utang itu. Intinya uang itu bukan untuk makan, tapi uang itu untuk membangun. Negara mengumpulkan uang biaya APBN termasuk didalamnya adalah utang, uang itu kemudian dipakai untuk belanja negara. Belanja negara itu yaitu membangun infrastruktur adalah alat-alat yang dipakai untuk membangun. Tanpa infrastruktur tidak bisa ekonomi berjalan. Makin banyak infrastruktur ekonomi makin baik dan makin tinggi. Begitupun sebaliknya, kalau jalannya sempit dan kecil. Ekonominya pasti tidak bisa berkembang. Begitupun pelabuhan kalau cuman dua atau tiga kapal bisa sandar itu akan kecil dan lambat ekonominya. Maka dibuat pelabuhan yang bisa sampai 50 kapal sekaligus. Seperti Surabaya, Jakarta dan Makassar yang ingin membuat pelabuhan lagi,” ujarnya kepada readtimes.id Kamis, 29 April 2021.

Selain itu, Utang Negara dalam hal ini APBN  juga dipakai membantu pembangunan dalam masyarakat sosial yang subsidi mislanya listrik dan pupuk masih disubsidi. Masyarakat kurang mampu secara finansial dan tidak memiliki pekerjaan akan mendapatkan bantuan sosial. Belum lagi bantuan kesehatan, penanganan Covid-19 yang mencapai Rp30 triliun hingga Rp400 triliun untuk menanganinya.  Semua itu dipakai dalam uang APBN yang sumbernya berasal dari pajak dan utang negara. 

Berharap utang negara bisa terkelolah dengan baik. Dalam artian bahwa pertambahan utang terjadi selama pertumbuhan ekonomi tetap kita mau dorong. Tetapi kita harus kelolah jumlah utang setiap tahunnya. Itu harus disesuaikan dengan kondisi kemampuan negara untuk memanfaatkan dan  membayar. Jadi Itu syarat yang pertama harus hati-hati biasanya disebut fiskal disiplin. 

Utang negara seyogyanya digunakan kepada hal-hal yang sifatnya menghasilkan infrastruktur seperti seperti jalan tol, pelabuhan, bandara, seperti juga membangun gedung pasar. Ada hasil atau retribusi seperti sewa dari pasar dalam peningkatan ekonomi. Contoh lainnya, jalan tol yang dilewati kita diwajibkan membayar. Jadi pembayarannya itu bisa dikembalikan, jadi istilahnya bisa diluruskan untuk proyek yang sifatnya cost recovery.   

Ona Mariani

Tambahkan Komentar

Follow Kami

Jangan biarkan infomasi penting dan mendalam dari kami terlewatkan! Ikuti sosmed kami: