Readtimes.id– Setiap tanggal 21 Maret dunia memperingati hari down syndrome. Down syndrome adalah sebuah kondisi pada anak yang disebabkan oleh gangguan genetik berupa kelebihan jumlah kromosom.
Normalnya, kromosom hanya berjumlah 46, tetapi bagi para pengidap down syndrome memiliki 47 kromosom. Kelebihan kromosom tersebut yang mengakibatkan gangguan pada fisik dan mental anak-anak pengidap down syndrome.
Hasil dari pusat data dan informasi Kementerian Kesehatan menerangkan bahwa tiap tahun terjadi peningkatan kasus anak terkena sindrom tersebut. Sedangkan pada data WHO, tercatat setiap tahun sekitar 3000-5000 bayi lahir dengan kondisi down syndrome.
Sebenarnya, down syndrome dapat dicegah. Menurut dokter Sugiono, MSi Med SpOG selaku dokter spesialis kebidanan dan kandungan di RS Telogorejo, down syndrome bisa dicegah dengan pemeriksaan pranikah dan prakonsepsi.
“Bisa dilakukan pemeriksaan darah, baik itu dari calon suami dan calon istri. Kita periksa darahnya, apakah mereka membawa bakal down syndrome. Karena pada kasus tertentu ada juga secara klinis tidak kelihatan down syndromenya tetapi ia bersifat pembawa,” ujarnya di saluran Youtube SMC RS Telogorejo (22/3).
Tak hanya calon ibu yang bisa menjadi pembawa down syndrome dalam gennya, tapi calon ayah juga berpotensi membawa kelainan genetik ini. Untuk itu, penting dilakukan pengecekan pada keduanya.
Down syndrome merupakan sebuah kelainan yang tidak dapat disembuhkan dan bersifat permanen. Namun, bukan berarti orang tua tidak bisa melakukan apapun pada sang anak.
Dokter Sugiono juga menjelaskan cara menghadapi anak pengidap down syndrome adalah dengan mencari tahu gejala down syndrome pada anak.
“Kalau misalnya down syndrome anak ringan, tidak ada kelainan jantung, si anak bisa tumbuh berkembang meskipun tingkat kognitifnya rendah tapi bisa kita maksimalkan dan kita optimalkan sesuai dengan kemampuan kognitifnya,” ujarnya.
Tak hanya itu, sekarang ini sudah banyak wadah belajar untuk menempuh sistem pendidikan bagi anak-anak penderita down syndrome. Sehingga para orang tua tak perlu khawatir lagi tentang cara belajar sang anak.
Dalam menghadapi seorang anak down syndrome, orang tua memang dituntut untuk lebih sabar dan tidak putus asa menghadapi sang buah hati. Sebab, ada banyak juga pengidap down syndrome yang tetap bisa melakukan aktivitas seperti orang normal. Bahkan ada yang menjadi pemandu orkestra dan model majalah.
Editor : Ramdha Mawaddha
Tambahkan Komentar