Secara global, data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menemukan perempuan hidup rata-rata 4,4 tahun lebih lama daripada laki-laki. Namun di balik itu, perempuan lebih rentan terkena penyakit kritis. Ada beberapa penyakit kritis yang dapat menyebabkan kematian pada perempuan salah satunya kanker serviks.
Hari Kanker Sedunia 2019, WHO meluncurkan perangkat baru untuk memandu negara-negara mengumpulkan dan penggunaan data standar tentang kanker serviks untuk mendukung dalam mengatasi ancaman besar bagi kesehatan wanita ini.
Setiap tahun, kanker serviks membunuh lebih dari 300.000 wanita, lebih dari 85% kematian ini terjadi di wilayah yang kurang berkembang di dunia. Di Indonesia sendiri, menurut data Kementerian Kesehatan RI, sebesar 23,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per 100.000 penduduk. Masih menjadi penyebab kematian nomor dua di Indonesia pada wanita.
Apa itu kanker serviks?
Kanker serviks adalah jenis kanker yang dimulai di leher rahim. Leher rahim adalah silinder berongga yang menghubungkan bagian bawah rahim wanita ke vagina. Sebagian besar kanker serviks dimulai di sel-sel permukaan serviks.
Menurut dr. Cut Razianti ZB, Sp. OG spesialis kebidanan dan kandungan, kanker serviks bisa dicegah. Dihubungi oleh readtimes.id, Senin, 8/2/21, berikut ini beberapa cara mencegah kanker serviks yang perlu diketahui :
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer dapat dilakukan melalui promosi, edukasi dan penyuluhan pola hidup sehat agar tidak terjadi penyakit kanker serviks. Menghindari faktor resiko seperti menghindari aktivitas seks yang lebih muda misalnya usia dibawah 20 tahun, menghindari multi partner, dan vaksinasi HPV, dengan vaksin HPV ini dapat mengurangi infeksi HPV (human papilomavirus) karena kemampuan proteksinya sebesar >90 persen.
Selain itu, lewat life style health seperti menghindari rokok dan makanan sehat. Lewat makanan sehat bisa meningkatkan imun karena salah satu resiko kanker serviks dikarenakan defisiensi vitamin A, C, E dan asam folat. Nutrisi bagus harapannya imunnya juga baik sehingga dapat melawan infeksi HPV.
2. Pencegahan Sekunder
Deteksi dini dan skrinning untuk menemukan kasus sedini mungkin pada wanita yang sebagian besar akan berisko tanpa gejala. Deteksi dini bisa dilakukan dengan rutin melakukan pap smear dan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)
Apabila IVA-nya positif, segera dilakukan treatment krioterapi yaitu pengobatan pembekuan, dikenal sebagai yang paling hemat biaya dan layak untuk mengobati pra kanker pada kanker serviks. Treatment krioterapi bisa dilakukan di puskesmas. Selain krioterapi, dapat juga dilakukan LEEP (loop excision electrosurgical procedure) dan ini hanya bisa dilakukan di rumah sakit.
3. Pencegahan Tersier
Penyakit yang di derita, terkelola dan terkendala lebih baik agar tidak terjadi komplikasi pada organ vital lainnya sehingga tidak memperparah kondisi kesehatan pasien. Misalnya, apabila pasien pasca post histerektomi radikal setelah operasi memiliki keluhan pada dokter di puskesmas lalu setelah pemeriksaan, ternyata perlu tindakan hingga di rujuk ke dokter ontologi.
Inti dari pencegahan tersier ini, kuncinya ada di pelayanan kesehatan, butuh kerjasama antara pasien, tenaga kesehatan, dan keluarga.
Tambahkan Komentar