Readtimes.id– Gejolak internal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang melibatkan dua nama kadernya, Puan Maharani dan Ganjar Pranowo kian hari kian menghangat. Munculnya dukungan bagi keduanya untuk mewakili PDIP di bursa Pilpres yang diinisiasi pihak yang mengaku simpatisan, nampak menjadikan partai yang dinahkodai Megawati Soekarno Putri tersebut tidak solid menjelang pemilu serentak.
Seperti diketahui, belakangan setelah munculnya Relawan Generasi Muda Pejuang Nusantara (Gema Puan) yakni para simpatisan Puan Maharani, muncul pula DPC Seknas Ganjar Indonesia (SGI) yang diinisiasi kader PDIP di Jawa Tengah yang kemudian menuai teguran yang dilontarkan sejumlah elit PDIP.
Pengamat politik dan pemerintahan Universitas Gadjah Mada, Wawan Mas’udi memandang hal tersebut sejatinya adalah bentuk dari dinamika proses awal kandidasi partai politik dalam menentukan sosok yang pantas duduk di kursi eksekutif.
“Ini akan terjadi pada partai besar seperti PDIP yang meskipun secara keorganisasian strukturnya sangat matang, namun di dalamnya cukup plural, yang bisa dibuktikan dari perbedaan aspirasi dalam mengusung Presiden,” terangnya.
Menurutnya, tidak akan merugikan jika partai politik dapat mengelola dinamika tersebut dengan baik namun akan bermasalah ketika sebaliknya.
Lebih lanjut mengenai sikap PDIP menurut alumni Melbourne ini sangat mungkin bisa berubah. Menurutnya wacana terkait trah Soekarno akan hanya berlaku pada sosok yang memimpin partai berlambang banteng tersebut, bukan pada sosok yang akan maju menjadi Presiden. Dan ini bisa dilihat dari majunya Jokowi dalam dua kali pemilihan Presiden.
Baca Juga : Elektabilitas Partai Versus Elektabilitas Aktor
Sementara itu ketika disinggung mengenai kemungkinan munculnya gejolak konflik internal PDIP antara Puan dan Ganjar digunakan untuk mendongkrak popularitas PDIP menjelang pemilu serentak pada 2024 yang tidak hanya menggelar Pilpres melainkan juga Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) dan Pemilihan Legislatif (Pileg), Wawan memandang itu sejatinya tidak akan menimbulkan dampak elektoral yang signifikan, mengingat keorganisasian partai politik dan jaringan adalah dua komponen yang masih berpengaruh dalam Pileg dan Pilkada, ketimbang tokoh Presiden yang dimajukan oleh partai.
“Jadi sosok Presiden yang dimajukan itu dampaknya ya hanya pada suara Presiden saja tidak ke partai, mengingat PDIP ini adalah partai dengan jaringan akar rumput dan keorganisasian yang sudah kuat,” tambahnya.
Hal ini bisa dilihat dari pengalaman Jokowi dalam partai tersebut. Menurut Wawan ketika Jokowi menang hal itu tidak berpengaruh besar pada perolehan suara PDIP. Seperti yang dilihat dalam perjalanannya meskipun PDIP mendapatkan kursi terbanyak namun pemilu tahun lalu juga tidak mencapai angka presidential Threshold seperti partai yang lain.
Namun lebih dari itu ada yang lebih penting bagi publik dari sekedar hanyut dalam dinamika partai tersebut dalam menentukan pilihan ke depan, melainkan tetap berpijak pada rekam jejak pemimpin untuk menentukan sosok yang pantas memimpin Indonesia ke depan.
Editor : Ramdha Mawaddha
2 Komentar