RT - readtimes.id

Elektabilitas Partai Versus Elektabilitas Aktor

Readtimes.id– Wacana koalisi PDIP dan Gerindra untuk Pemilu 2024 belakangan  menguat, dengan mengusung Puan Maharani-Prabowo Subianto. Lantas siapa yang akan menduduki jabatan 01, mengingat keduanya punya kekuatan masing-masing. Puan atau Prabowo? 

Seperti diketahui, meskipun elektabilitas  Puan Maharani rendah di seluruh lembaga survei, yang harus diingat  adalah ia datang dari PDIP. Sebuah partai dengan perolehan kursi tertinggi Tanah Air dan unggul secara elektabilitas di berbagai lembaga survei. Data Saiful Mujani Research and Consulting  (SMRC) terakhirnya misalnya menunjukkan bahwa partai yang dinahkodai oleh Megawati Soekarnoputri tersebut masih di angka 22, 1 persen.

Sementara itu, Prabowo adalah Ketua Umum Partai Gerindra yang saat ini merajai hampir semua hasil lembaga survei, sebagai tokoh dengan elektabilitas tertinggi yang berpotensi besar maju menjadi Presiden mengalahkan sejumlah nama Kepala Daerah yang belakangan populer seperti Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo.

Baca Juga : Capres Pilihan Masyarakat atau Lembaga Survei

Pakar politik Universitas Hasanuddin, Andi Ali Armunanto memandang dalam hal ini elektabilitas tokoh atau aktor menjadi sesuatu yang penting. Hal ini mengingat selain kapasitas tokoh, kepercayaan publik yang terwujud melalui data elektabilitas  masih menjadi kunci kemenangan partai. 

“Seperti sekarang PDIP tidak bisa memaksakan kehendaknya sebenarnya, karena secara elektabilitas Puan memang rendah meskipun pemasangan baliho sudah dilakukan di daerah.  Dan jika targetnya adalah menang, tentu Prabowo harus duduk sebagai 01,” terangnya saat dihubungi readtimes.id. 

Namun, menurutnya meskipun harus berakhir menjadi wakil Presiden, hal ini tidak serta merta menghilangkan kekuatan PDIP sebenarnya. Apalagi mengingat PDIP bisa saja memasang “orangnya ” di kursi para menteri Prabowo. 

“Sehingga ada semacam pengawasan, ketika misalnya Prabowo membuat kebijakan yang tidak sesuai dengan kesepakatan itu bisa saja kemudian diturunkan,” tambahnya. 

Kendati demikian, lebih dari itu menurut Ali publik juga harus memahami di balik wacana koalisi PDIP dan Gerindra yang kemudian memasangkan Prabowo dan Puan ada agenda lain partai yang juga tengah berjalan. 

Adapun agenda yang dimaksudkan ada dua. Pertama adalah memberikan sinyal ke partai lain bahwa dengan elektabilitas tinggi, Prabowo telah siap maju dan berkoalisi. Kedua adalah menaikkan elektabilitas partai menjelang kontestasi 2024. Hal ini tidak lain mengingat Pemilu 2024  Indonesia tidak hanya memilih Presiden, namun juga anggota legislatif dan kepala daerah. 

“Dengan bersuara di awal, ini diharapkan akan ada awareness untuk Gerindra atau pun PDIP, yang bisa jadi memberikan dampak elektoral bagi kedua partai itu sendiri,” pungkasnya.

Ona Mariani

4 Komentar

Follow Kami

Jangan biarkan infomasi penting dan mendalam dari kami terlewatkan! Ikuti sosmed kami: