Readtimes.id– Hampir semua orang pernah mengalami peristiwa traumatis dalam hidup. Namun, dampaknya terhadap kesehatan mental pasti berbeda-beda tiap individu. Beberapa faktor seperti kepribadian, dukungan keluarga, lingkungan dan biologis, kognitif, serta kemampuan menyelesaikan masalah sangat berpengaruh.
Jadi, proses seseorang yang mengalami pengalaman traumatis sampai timbulnya gangguan psikologis tidak bisa disamaratakan untuk semua orang. Karena ada pula individu yang mengalami peristiwa traumatis dan belum tentu mengalami gangguan psikologis, khususnya gangguan kepribadian ganda. Dikarenakan hal tersebut adalah proses yang kompleks dari masing-masing orang.
Jika seseorang mengalami peristiwa tidak menyenangkan, maka cenderung melakukan suatu tindakan sebagai mekanisme pertahanan diri (ego) atau disebut defence mechanism. Mekanisme ini adalah proses yang alamiah dimiliki oleh setiap individu, namun dapat muncul dengan bentuk tindakan yang berbeda-beda.
Ketika mekanisme pertahanan diri ini kurang tepat dan tidak diiringi kemampuan mengatasi stress yang baik, kurangnya dukungan sosial, persepsi yang kurang tepat terhadap segala sesuatu, atau faktor lainnya yang kurang mendukung; hal ini lah yang beresiko munculnya gejala atau gangguan psikologis.
Kepribadian ganda dalam ilmu psikologi termasuk gangguan psikologis atau mental. Lebih spesifiknya adalah salah satu bentuk gangguan kepribadian. Namun, berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ), termasuk kedalam gangguan disosiatif, gangguan neurotik, gangguan somatoform, dan gangguan yang berkaitan dengan stres.
Menurut Cindi Meidiana Gustia, M.Psi., Psikolog, munculnya gejala atau gangguan kepribadian ganda adalah cara seseorang berusaha mengatasi masalah atau perasaan tertekan dengan cara kurang tepat, yaitu menghindar dari kenyataan.
Pada kasus kepribadian ganda, cara menghindarinya adalah dengan menciptakan diri yang baru agar diri yang sebenarnya tidak merasa tertekan atau terluka. Meskipun kepribadian awalnya tetap ada, orang tersebut memilih memendam dalam bentuk melupakan karena menolak merasakan luka akibat pengalaman traumatis.
“Kehadiran dua atau lebih kepribadian ini akan sangat jelas pada satu individu dan hanya satu yang tampil untuk setiap saatnya, yang dapat mengendalikan perilakunya. Bukan disebabkan karena efek fisiologis dari penggunaan zat atau kondisi medis tertentu,” ujarnya.
Meski demikian, tanda-tanda yang bisa dikategorikan ke dalam gejala kepribadian ganda tidak dapat dijabarkan secara awam. Harus dilakukan asesmen atau pengamatan komprehensif dari tenaga profesional seperti psikiater dan psikolog.
1 Komentar