Judul : Mahadata, Bagaimana Revolusi Informasi Mengubah Hidup Kita
Penulis : Brian Clegg
Penerbit : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Tahun terbit : cetakan pertama, Juni 2021
Tebal : iv+158 halaman
Dunia saat ini begitu sesak oleh serbuan informasi. Bangun tidur, melakukan aktivitas, hingga menjelang tidur lagi nyaris semua dari kita merasa perlu menyapa dunia yang riuh di media sosial. Entah disebut sebagai fenomena kecanduan atau memang benar-benar kebutuhan atau sekadar hiburan, tapi satu yang tak bisa dipungkiri: kita nyaris tak bisa menolak untuk tidak berselancar di dunia luas dengan segala informasi di belakang layar gawai kita.
Bagaimana kisahnya hingga dunia saat ini begitu sesak oleh informasi? Bagaimana ceritanya hingga banjir data yang kita sebut Mahadata (Big Data) itu meluap nyaris tak terbendung setiap saat? Adakah banjir informasi dan data ini membawa manfaat atau malah mudarat untuk kita? Dan banyak lagi pertanyaan lain yang bisa kita ajukan—jika kita mau berhenti sejenak untuk bertanya dan merenung.
Buku “Mahadata, Bagaimana Revolusi Informasi Mengubah Hidup Kita” menjawab pertanyaan-pertanyaan dasar sejenis di atas untuk kita. Buku yang ditulis oleh Brian Clegg ini tidak mencoba menganalisis terlalu jauh tentang sejarah asal-usul mahadata, namun memberikan kita peta sederhana namun menyeluruh tentang bagaimana dunia informasi berevolusi sejak ribuan tahun lalu.
Lewat tujuh bab dalam 150an halaman bukunya, Brian Clegg tidak menjebak kita ke dalam narasi yang rumit ataupun istilah-istilah sains komputer njlimet yang mungkin hanya bisa dipahami oleh kalangan tertentu saja. Namun narasinya lancar dan sederhana, dengan mencoba membuat alegori dan perumpamaan atas fenomena sains dan ilmu komputer. Ini mungkin berangkat dari latar kepenulisan Brian Clegg yang memang spesialis pada penulisan ilmiah populer—inilah yang menjadikan jaminan buku ini ramah buat pembaca awam.
Bukan hanya menelusuri dunia data di masa silam, Brian Clegg secara ringkas juga merentangkan analisa dan sarannya terhadap penggunaan mahadata di masa depan. Ini bonus yang bakal sangat berharga buat pembaca.
Lalu apa yang dikisahkan secara garis besar oleh buku ini? Jawaban atau kesimpulannya secara sederhana bisa kita dapatkan pada bab terakhir buku: BAIK, BURUK, DAN JELEK. Brian Clegg mengatakan kepada kita bahwa mahadata pada prinsipnya akan sangat membantu kita dan bisa membuat kita merdeka. “Masa depan mahadata bisa cerah—selama kita berjalan ke arahnya dengan mata terbuka.” Begitu ia menutup bukunya.
Tapi mari kita ikuti plot bukunya, untuk mengetahui informasi berharga dalam buku ini. Pertama, buku ini bermula dari pengantar definisi azali dari kata “data”. Disebutkan bahwa data sejatinya berasal dari bentuk jamak bahasa Latin, “datum”, yang artinya “benda yang diberi”. Benda yang diberi ini bisa angka dan ukuran, atau sesuatu yang dicatat. Lalu dari sana penjelasan historis dihamparkan: berangkat dari sejarah penggunaan tablet lempung sekitar 4000 tahun lalu di Mesopotamia. Tablet ini fungsinya untuk menyimpan data secara praktis dan bisa dibawa ke mana-mana. secara periodik, mungkin kita bisa bayangkan orang-orang di masa lalu membawa tablet lempung serupa batu bata sebagai sumber informasi dan pengetahuan mereka.
Kedua, dalam upaya memberi kita pemahaman awal tentang kerja mahadata pada masa sekarang, Brian Clegg mulai mengeksplorasi dunia saat ini melalui cerita tentang aktivitas belanja kita yang mulai ‘dimudahkan’ oleh mahadata. Tapi tunggu dulu, di sinilah penulis buku ini mulai menerangkan kepada kita tentang sisi gelap dan terang dunia mahadata ini. dikisahkan oleh Brian Clegg, bahwa di balik kemudahan yang kita dapatkan, sesungguhnya ada mata-mata dan kuping-kuping yang menguntit kita, khususnya mata dan kuping perusahaan-perusahaan besar. Keinginan kita dipelajari melalui apa yang kita ucapkan, apa yang kita cari di mesin pencari, lalu diolah oleh mesin cerdas dan lahirlah algoritma.
Ketiga, Brian Clegg mulai jauh masuk ke pengaruh mahadata terhadap dunia politik—di sini kebanyakan kasus di Amerika dan Inggris, tempat dunia digital dan mahadata tumbuh dan berkembang. Dikisahkan dengan cukup detail bagaimana komputer yang berkembang pertama kali pada era 1940 an, lalu internet yang dipandang oleh dunia militer, dan bagaimana perusahaan-perusahaan dagang bereaksi terhadap perkembangan mahadata yang mengejutkan itu. Ada yang segera memanfaatkannya, tapi ada pula yang berusaha menghalau pengaruhnya (disebutkan, perusahaan penerbitan buku termasuk yang paling tidak adaptif terhadap dunia mahadata. E-book sangat lambat perkembangannya, bahkan mungkin sampai sekarang).
Keempat, Brian Clegg lalu mulai menganalisa baik dan buruk mahadata ini, dengan memberikan banyak sekali cerita menarik. Misalnya, sensus yang dilakukan oleh kerajaan Inggris, munculnya fenomena ekonomi pekerja lepas (gig economy), pelajaran dari kisah NetFlix, pengaruh mahadata pada dunia kedokteran dan sebagainya, dan masih banyak lagi.
Keempat hal itu, sejauh yang bisa saya catat dari buku ini, akan memberi kita pemahaman dasar namun menyeluruh tentang sejarah mahadata, baik dan buruknya, sampai apa yang bisa kita lakukan terhadap mahadata agar tetap bisa kita kontrol dan membahagiakan kita.
“Bersama kekuatan besar, ada kekuatan besar”. Kutipan yang diambil dari film Spider Man digunakan oleh Brian Clegg untuk menyimpulkan, mahadata baik untuk kita, karena akan mampu memerdekakan kita. Namun bukan berarti tanpa tanggung jawab untuk mengendalikannya. Bagi saya, Brian Clegg hendak mengatakan: mahadata itu netral, bisa jadi senjata merusak di tangan yang salah, namun bisa juga menjadi berkah di dalam genggaman orang bijak.
308 Komentar