Readtimes.id— Angka kasus covid 19 yang terus melonjak berlawanan arah dengan kondisi perekonomian negara menimbulkan dilema, mana yang harus diselesaikan terlebih dahulu.
Hingga Rabu (30/6), jumlah kasus terkonfirmasi positif di Indonesia mencapai 2.1 juta dengan 20.467 penambahan kasus harian baru.
Tingginya lonjakan kasus Covid-19 di tanah air tidak hanya berdampak pada sektor kesehatan saja, tapi juga pada kondisi ekonomi nasional. Hampir seluruh sektor yang terkena imbas covid justru kebingungan, menekan angka persebaran covid atau memulihkan kembali perekonomian.
Guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin, Drs. Abdul Madjid Sallatu, MA. kepada readtimes.id mengatakan, antara menekan angka covid-19 dan pemulihan ekonomi menjadi dua kebijakan yang tidak gampang untuk difokuskan.
“Tidak ada pilihan kebijakan yang gampang dan bisa difokuskan, kedua hal ini harus ditangani secara paralel,” ungkapnya dalam keterangan tertulis.
Direktur utama Local Governance Celebes ini juga menjelaskan, keputusan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) oleh pemerintah yang semakin diperketat menunjukkan bahwa kekhawatiran pemerintah lebih condong kepada dampak perluasan pandemi.
Menurutnya, melihat kondisi seperti ini, pemulihan ekonomi bisa dilakukan melalui kegiatan rumah tangga produktif dan peningkatan ekonomi lokal.
“Penentu kebijakan patut sadar untuk tidak berpikir besaran-besaran ekonomi seperti investasi, ekspor dan pembangunan infrastruktur. Gerak pemulihan ekonomi sekitar setahun terakhir lebih banyak disumbang kegiatan ekonomi rumah tangga produktif. Itu berarti kemampuan ekonomi lokal justru patut diperhatikan sambil memperketat pembatasan menyebarnya covid ini,” tutupnya.
Tambahkan Komentar