RT - readtimes.id

Faluphy Mahmud, Penggerak Penyandang Disabilitas dari Sulawesi Selatan

Readtimes.id– Faluphy Mahmud merupakan sosok penting dalam gerakan penyandang disabilitas di Sulawesi Selatan. Perjalanan hidupnya yang penuh tantangan tidak menyurutkan semangatnya untuk terus memperjuangkan hak-hak penyandang disabilitas.

Faluphy remaja mengalami kecelakaan yang membuat salah satu kakinya diamputasi hingga harus mengikuti rehabilitasi medik dan sosial di Tangerang pada 2002-2008. Selama tinggal di ibukota, ia merasa gelisah dan jenuh dengan rutinitas sehari-hari.

“Awalnya saya hanya fokus kerja di perusahaan, dari kos ke kantor lalu pulang malam. Tapi lama-lama saya merasa hidupku hampa, ada sesuatu yang kurang,” kenangnya.

Hingga akhirnya dia menyaksikan sebuah acara televisi yang dibawa wartawan senior Andy F. Noya di salah satu saluran televisi swasta. Acara tersebut membuka matanya akan potensi dan semangat juang kelompok difabel. Hal ini semakin mengusik hatinya ketika dia menyaksikan sendiri perjuangan para penyandang disabilitas di Ibu Kota.

“Kenapa hidup saya begini-begini saja, sementara mereka bisa berbuat banyak untuk masyarakat,” ucap Faluphy.

Akhirnya, Faluphy memutuskan pulang ke kampung halamannya di Enrekang, Sulawesi Selatan. Dari situlah Faluphy mulai berpikir memulai sesuatu yang baru hingga akhirnya bergabung dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM).

Dalam program PNPM, Faluphy semakin dekat dengan isu disabilitas. Ia mulai berinteraksi dengan teman-teman penyandang disabilitas dan mendengar keluhan-keluhan mereka. Faluphy pun memberanikan diri membantu mengurus bantuan alat bantu, seperti mesin jahit, ke Dinas Sosial. Inilah awal mula Faluphy mulai terlibat dalam isu penyandang disabilitas.

Keterlibatannya dalam isu disabilitas semakin intensif sejak 2009, saat Faluphy bertemu dengan beberapa teman alumni yang juga penyandang disabilitas. Mereka kemudian berinisiatif membentuk Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Panti Rehabilitasi Sosial Bagi Penyandang Disabilitas Fisik Wirajaya (kini disebut Sentra Inklusi Wirajaya) sebagai wadah silaturahmi dan kerja sama.

Proses pembentukan IKA tidaklah mudah, Faluphy bahkan harus berulang kali datang ke Makassar untuk mengurus segala administrasinya. Namun, berkat kegigihannya IKA dapat berjalan dengan baik.

Pada 2010, Faluphy Mahmud atau akrab disapa Lutfi terpilih menjadi Ketua IKA untuk satu periode. Di bawah kepemimpinannya, IKA aktif menggerakkan alumni penyandang disabilitas untuk tetap terhubung dan melakukan berbagai kegiatan. Faluphy juga berusaha menjembatani IKA dengan Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Sulawesi Selatan agar terjalin kerja sama yang baik.

Setelah masa jabatannya sebagai Ketua IKA berakhir, Faluphy kemudian terlibat aktif dalam upaya pembentukan Organisasi Penyandang Disabilitas (OPD) di Kabupaten Enrekang pada 2018. Meski menghadapi banyak tantangan, terutama dari kelompok-kelompok yang ingin menguasai isu disabilitas, Faluphy tetap gigih memperjuangkan aspirasi penyandang disabilitas di Enrekang.

Faluphy pun berinisiatif mendirikan Ikatan Difabel Enrekang Inklusi, atau IDE Inklusi. Melalui IDE inilah, ia bersama kawan-kawannya di Cakke menyasar desa-desa pegunungan yang sulit mencari kawan-kawan difabel yang membutuhkan dukungan hidup dan pemberdayaan. Dari aktivitasnya di IDE juga, Faluphy mengembankan relasi sosial politiknya dalam pergerakan disabilitas hingga IDE Inklusi dikenal secara nasional.

Di awal ia bergerak di Enrekang, salah satu fokus Faluphy adalah mendorong lahirnya Perda Penyandang Disabilitas di Enrekang. Proses pembahasan Perda tersebut tidaklah mudah, Faluphy bahkan harus berjuang melawan upaya-upaya untuk menyingkirkan suara penyandang disabilitas dengan perspektif keberdayaan.
Ia membawa teman-teman disabilitas masuk dalam proses riset dan legislasi sehingga proses disahkannya Perda Disabilitas Enrekang bisa disebut partisipatif.

Perjuangan Faluphy tidak berhenti di situ. Pada awal 2024 dengan berbagai tantangan, ia akhirnya terpilih menjadi Ketua PPDI Cabang Sulawesi Selatan. Ia mendapatkan dukungan dari sejumlah pengurus PPDI tingkat Kabupaten dan bahkan Ketua Umum PPDI pun, H. Norman Yulian mendukungnya dan hadir dalam proses pemilihan ketua PPDI Sulawesi Selatan.

“Perjalanan untuk di Provinsi ini tidak mudah. Tapi Tuhan berikan kemampuan untuk saya. Berkat dukungan teman-teman di Kabupaten dan juga pusat akhirnya saya memimpin Sulawesi Selatan,“ ucap Faluphy.

Menurut Faluphy kursi PPDI Sulawesi Selatan bukanlah akhir melainkan sebuah permulaan. Dia telah menyusun berbagai agenda agar PPDI Sulsel benar-benar menjalankan perannya sebagai organisasi payung.

“Saya ingin PPDI ini miliki bersama, oleh karenanya pertama yang saya bangun adalah komunikasi dengan teman-teman. Bagaimana suara pengurus di daerah harus didengarkan dan dipertimbangkan,” tambah Faluphy.

Komunikasi yang baik menurutnya akan membuat semua persoalan dapat diatasi termasuk persoalan pemberdayaan para penyandang disabilitas. Menurut Faluphy masih banyak para penyandang disabilitas yang enggan berorganisasi karena bagi mereka selama ini hanya buang waktu dan tidak menguntungkan secara finansial.

“Ini yang saya pikir harus dikomunikasikan agar mindsetnya teman-teman juga berubah, bahwa organisasi itu penting. Kami tengah berpikir ke depan bagaimana teman-teman di daerah ini harus juga berdaya salah satunya melalui pembinaan UMKM. Dan konektivitas antar pengurus ini ke depan menjadi penting agar kita bisa menciptakan pasar. Ya, ini adalah beberapa dari rencana kami, “ kata Faluphy.

Tak hanya aktif di ranah lokal, belakangan Faluphy juga berkesempatan untuk memperluas wawasannya dengan mengikuti program belajar sistem transportasi publik yang inklusif di Melbourne, Australia, bersama Ketua Pusat Disabilitas Universitas Hasanuddin, Dr. Ishak Salim.

Arsip pribadi

Pengalamannya ini membawanya memahami bagaimana cara berpikir inklusi disabilitas telah dipraktikkan dalam infrastruktur transportasi publik, bukan cuma akses dalam kendaraannya, baik trem, bis, dan kereta api, namun juga desain jalan, trotoar, sampai pada terminal bis dan stasiun keretanya. Pengalamannya selama di Melbourne memperkaya pengetahuan dan memperkuat impiannya untuk turut memperjuangkan aksesibilitas di Sulawesi Selatan.

Arsip pribadi

Perjalanan hidup Faluphy Mahmud merupakan contoh bagi banyak penyandang disabilitas bahwa dengan disabilitas, seseorang tidak harus hanya terpojok di rumahnya, namun ia juga bisa keluar dan tumbuh dalam lingkungan apapun. Ia akan terus memperjuangkan hak-hak difabel sesuai regulasi disabilitas agar peluang bersekolah, bekerja, maupun berkelompok dan berserikat bagi difabel tetap terbuka dan terjaga.

Editor: Ramdha Mawaddha

Jabal Rachmat Hidayatullah

Tambahkan Komentar

Follow Kami

Jangan biarkan infomasi penting dan mendalam dari kami terlewatkan! Ikuti sosmed kami: