
Readtimes.id—Penjualan di akhir tahun yang bertepatan dengan Natal dan Tahun Baru (Nataru) memberi sumbangan besar bagi sektor ritel sepanjang tahun ini.
Peneliti senior Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah memperkirakan kontribusi penjualan ritel pada Desember bisa mencapai 40 persen dibandingkan masa normal yang hanya di kisaran 30 persen. Namun, nilainya bakal tetap lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu.
Piter membenarkan bahwa pada masa normal, kontribusi selama Ramadan dan Idulfitri kerap memainkan peran penting bagi sektor ritel. Namun, untuk tahun ini hal tersebut akan digeser oleh penjualan pada momen akhir tahun.
“Kita tahu Ramadan dan Idulfitri lalu PSBB ketat sekali dan kekhawatiran terhadap Covid-19 berada pada posisi puncak. Namun, situasinya berbeda saat ini, masyarakat lebih luwes di tengah sentimen vaksin bahkan PPKM Level 3 pun tidak jadi,” kata Piter kepada readtimes.id.
Meski penjualan ritel menggeliat, Piter memperkirakan nilai penjualan yang diraup tidak akan menyamai kondisi normal lantaran belanja kelompok menengah ke atas yang masih tertahan. Kelompok ini menyumbang 80 persen dari total konsumsi nasional.
“Konsumsi memang lebih baik dengan kontribusi yang besar, namun tetap lebih rendah. Kami perkirakan konsumsi akan tumbuh minus 1 persen,” lanjut Piter.
Selain itu, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira, memperkirakan penjualan ritel pada akhir tahun belum normal. Sektor ini diperkirakan membutuhkan waktu dua sampai tiga kuartal untuk kembali pada posisi sebelum pandemi.
“Untuk akhir tahun ada faktor varian Omicron yang mungkin menahan penjualan. Hal ini bisa membuat masyarakat menahan diri ke tempat belanja. Natal dan Tahun Baru yang jadi momen berbelanja, tapi dalam pandemi spending tidak optimal,” katanya.
Bhima mengemukakan bahwa peluang sektor ritel tetap berada pada penjualan daring seiring dengan bergesernya pola belanja masyarakat.
Dikutip dari data WeAreSocial.com, Bhima mengatakan ada pertumbuhan e-commerce Indonesia per Juli telah mencapai 31 persen, jauh di atas rata-rata pertumbuhan global yang berada di angka 17 persen.
“Akan tetapi, perlu dicatat bahwa 95 persen penjualan ritel terjadi di general market, supermarket, dan minimarket,” lanjutnya.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Perbelanjaan Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengatakan saat momen Nataru, masyarakat di daerah juga kerap memenuhi pusat perbelanjaan di kotanya masing-masing. Makanya ia optimis target peningkatan penjualan dapat tercapai meski tidak akan sama dengan kondisi sebelum pandemi.
“Peningkatan penjualan sekitar 30% ya tidak terlalu tinggi akibat pandemi tetapi tetap ada harapan,” kata Alphonzus.
Alphonzus juga mengatakan midnight sale juga akan digelar saat mulai tahun baru. Makanya ia yakin mall di Jakarta tidak akan sepi saat libur Nataru.
Alphonzus mengatakan mal tidak bisa berharap banyak mengingat indikator selain pandemi seperti penjualan otomotif dan properti belum mencapai kondisi bain hingga saat ini.
Tambahkan Komentar